Di Luar Dugaan! Pemilu Tak Berpengaruh ke Harga Emas Antam

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
17 April 2019 13:27
Di Luar Dugaan! Pemilu Tak Berpengaruh ke Harga Emas Antam
Foto: Kerjasama ANTAM dengan Orori (CNBC Indonesia/Arina Yulistara)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas acuan yang diproduksi oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) tampaknya tidak terlalu terpengaruh dengan adanya pemilihan umum. Pasalnya pergerakan harga emas Antam masih sejalan dengan emas global. Setidaknya dalam sepekan terakhir.

Harga emas Antam pada hari Selasa (16/4/2019) berada di posisi Rp 611.000/gram, berdasarkan situs logammulia.com . Harga tersebut mengacu pada emas dengan berat 100 gram, yang lumrah dijadikan acuan harga di seluruh dunia.

Sewajarnya, harga emas Antam akan mengikuti emas global, namun dengan keterlambatan respon satu hari. Itu terjadi karena harga emas global bergerak secara real time setiap menit, sedangkan pergerakan harga emas Antam hanya secara harian.

Melihat pola pergerakan kedua harga emas tersebut, belum ada anomali yang terjadi pada pergerakan harga Antam.

Sepanjang periode 8-16 April, harga emas global mencapai puncaknya pada tanggal 10 April, yaitu sebesar US$ 1.307,7/troy ounce. Sehari berselang, harga emas Antam  pun mengikuti naik menjadi Rp 615.500/gram.

Sumber: logammulia.com dan Refinitiv, diolah CNBC Indonesia


Sejak hari Senin (8/4/2019), harga emas global memang sudah mulai merangkak naik. Kala itu penyebabnya adalah data ekonomi dari beberapa negara raksasa ekonomi dunia yang buruk.

Departemen Perdagangan Amerika Serikat (AS) mengumumkan data pesanan pabrik pada bulan Februari kembali terkontraksi sebesar 0,5%. Permintaan yang masih lesu terhadap barang-barang mesin, alat transportasi, dan elektronik membuat pabrik-pabrik di AS kurang bergairah.

Kondisi di Benua Biru juga serupa, nilai ekspor Jerman periode Februari juga turun 1,3% dibanding bulan sebelumnya. Penurunan nilai impor tersebut merupakan yang paling dalam dalam 12 bulan. Sementara itu, nilai impor juga turun sebesar 1,6%.

Kala kondisi ekonomi global masih lesu dan tak pasti, investor juga makin enggan untuk berinvestasi pada aset-aset berisiko seperti saham. Emas yang seringkali dijadikan sebagai pelindung nilai (hedging) pun gencar diburu. Maklum, pergerakan harga emas relatif stabil dibandingkan aset berisiko.

Namun setelah itu, angin segar perihal perbaikan ekonomi global mulai muncul.

BERLANJUT KE HALAMAN 2
Pada hari Jumat (12/4/2019), China mengumumkan nilai ekspor periode Maret 2019 yang ternyata berhasil meningkat 14,2% YoY. Peningkatan tesebut merupakan yang paling pesat dalam 5 bulan terakhir. Hal itu menjadi sinyal yang menandakan bahwa permintaan negara-negara mitra China terus mengalami peningkatan.
Selain itu, pertumbuhan kredit di China dibacakan sebesar CNY 1,69 triliun, yang mana melampaui ekspektasi konsensus yang sebesar CNY 1,2 triliun. Data tersebut mencerminkan gairah usaha di China yang masih terus tumbuh.
Pertumbuhan kredit tersebut juga diakibatkan oleh kebijakan Bank Sentral China (People Bank of China/PBOC) yang memberi kelonggaran bagi perbankan untuk menyalurkan kredit. Dengan demikian, perekonomian China akan dapat menghadapi perlambatan ekonomi global dengan mulus. Risiko terjadinya gangguan ekonomi pun mengecil.
Senada, kondisi perekonomian AS juga sudah mulai memperlihatkan sinyal-sinyal perbaikan. Dibuktikan oleh Wall Street yang memulai musim laporan keuangan dengan cemerlang.
Pada kuartal I-2019, JPMorgan Chase membukukan pendapatan US$ 29,85 miliar, naik 4,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian ini lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan pendapatan di US$ 28,44 miliar.
"Kinerja JPMorgan sangat penting karena bisnis mereka menyentuh berbagai aktivitas dalam perekonomian. Ini akan menjadi penentu bagi kinerja perusahaan lainnya," kata David Carter, Chief Investment Officer di Lenox Wealth Advisors yang berbasis di New York, mengutip Reuters.
Tak hanya itu, Indeks Harga Produsen (producer price index/PPI)  AS periode Maret meningkat hingga 0,6% dibanding bulan sebelumnya. Capaian tersebut lebih tinggi dibanding prediksi konsensus yang sebesar 0,3%. 
Peningkatan PPI menandakan dunia usaha masih leluasa untuk meningkatkan harga karena permintaan dan daya beli yang masih kuat. Lagi-lagi risiko terhadap perekonomian AS berkurang.
Selain itu jumlah penduduk yang mengajukan klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 6 April berkurang hingga sebesar 196.000. Jumlah tersebut merupakan yang paling rendah dalam 49,5 tahun dan jauh lebih rendah dibanding prediksi pelaku pasar yang sebesar 211.000.
Data tersebut memperlihatkan penciptaan lapangan kerja di AS yang tumbuh cukup pesat karena perekonomian masih sehat.
Seperti yang diketahui, AS dan China merupakan dua negara dengan ekonomi paling besar di planet bumi. Bila aktivitas ekonomi keduanya kembali bergairah, maka seluruh dunia juga akan kecipratan hasilnya. Investor pun mulai bergairah memburu instrumen berisiko karena potensi keuntungan yang besar. Saat itu terjadi, emas kehilangan kilaunya.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular