Perlambatan Ekonomi Global Bikin Obligasi RI Terkoreksi

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
11 February 2019 10:37
Sentimen itu termasuk melambatnya perekonomian global, terutama pada negara-negara utama dunia termasuk Jerman dan China.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah dibuka terkoreksi pada awal perdagangan hari ini di tengah sentimen negatif global.

Sentimen itu termasuk melambatnya perekonomian global, terutama pada negara-negara utama dunia termasuk Jerman dan China.


Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.  

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. 

Seri acuan yang mengalami kenaikan yield terbesar adalah seri FR0068 bertenor 15 tahun sebesar 6 basis poin (bps) menjadi 8,13%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.   

Yield Obligasi Negara Acuan 11 Feb 2019
SeriJatuh tempoYield 8 Feb 2019 (%)Yield 11 Feb 2019 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 8 Feb'19
FR00775 tahun7.7377.740.307.6695
FR007810 tahun7.8567.8731.707.7617
FR006815 tahun8.0748.1346.007.9917
FR007920 tahun8.2098.232.108.1381
Avg movement2.53
Sumber: Refinitiv 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 925,68 triliun SBN, atau 37,99% dari total beredar Rp 2.436 triliun berdasarkan data per 7 Februari.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 32,43 triliun dibanding posisi akhir Desember 2018 Rp 900,59 triliun, sehingga persentasenya naik dari 37,71% pada periode yang sama. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya dialami China, Rusia, dan Thailan. 

Di negara maju, yang menguat hanyalah pasar gilt di Inggris dan JGB di Jepang.

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang  
NegaraYield 8 Feb 2019 (%)Yield 11 Feb 2019 (%)Selisih (basis poin)
Brasil8.989.057.00
China3.153.113-3.70
Jerman0.0850.0880.30
Perancis0.5380.5390.10
Inggris 1.1541.148-0.60
India7.57.5242.40
Italia2.9772.97-0.70
Jepang-0.028-0.029-0.10
Malaysia3.9953.9990.40
Filipina6.276.2831.30
Rusia8.158.14-1.00
Singapura2.1352.151.50
Thailand2.462.44-2.00
Turki14.0414.1410.00
Amerika Serikat2.6322.6340.20
Afrika Selatan8.6158.6554.00
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Adu Cuan Produk Investasi untuk Milenial, Saat Bunga Tinggi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular