Hati-hati! Milenial Terancam Hidup Susah Kala Pensiun

Irvin Avriano Arief & Donald Banjarnahor, CNBC Indonesia
27 September 2018 18:06
Sebanyak 46% kaum milenial di Amerika Serikat diprediksi tidak memiliki tabungan sama sekali.
Foto: Ilustrasi by Freepik.com
YOLO alias you only live once menjadi istilah yang dipuji-puji sebagian milenial dalam beberapa tahun terakhir. Istilah YOLO telah masuk Oxford English Dictionary yang kira-kira artinya nikmati hidup saat ini tanpa perlu khawatir akan masa depan.

Seringkali YOLO menjadi dorongan berbuat gila jika sedang bersenang-senang dan melupakan hal-hal penting, termasuk mempersiapkan masa depan. Kaum "YOLO" kerap mengutamakan pengalaman liburan ke berbagai destinasi unik, yang tentunya tidak murah.

Mereka tidak ragu untuk menghabiskan Rp 50.000 untuk secangkir kopi di coffee shop yang sedang happening. Restoran unik yang terkenal di media sosial kerap penuh sesak oleh milenial pada tanggal muda pasca gajian.

Keanggotaan pada fitness club menjadi keharusan, meski sangat jarang digunakan. Uang tiap bulan pun dikeluarkan untuk keanggotaan pada layanan music streaming dan film streaming, karena radio dan televisi terrestrial nan gratis sudah sangat kuno bagi mereka yang berusia 18-34 tahun alias milenial.

Memiliki uang hasil keringat sendiri pada masa awal bekerja, memang menjadi kebanggaan tiada tara bagi mereka. Namun, tagihan kartu kredit pun tidak jarang dipenuhi cicilan atas handphone, laptop, sepatu, hingga baju paling up to date. Cicilan menjadi jalan keluar karena harga gadget jauh di atas gaji mereka.

Survei GoBankingRates 2017 menemukan bahwa sebagian besar generasi milenial muda di Amerika Serikat dengan usia 18-24 tahun, memiliki saldo tabungan kurang dari US$1.000 atau Rp 14,5 juta. Hampir dari separuhnya tidak memiliki tabungan sama sekali.

Dilansir dari CNBC.com, survei yang dilakukan setiap tahun ini menemukan bahwa terjadi peningkatan jumlah milenial yang tidak memiliki tabungan. Pada 2016 hanya 31% generasi milenial muda yang tidak memiliki tabungan, sementara pada 2017 meningkat jadi 46%.

Bagi milenial usia 25-34 tahun kondisinya tidak jauh berbeda. Sebanyak 61% kaum ini memiliki tabungan kurang dari US$ 1.000 pada 2017, sementara yang tidak memiliki tabungan sama sekali mencapai 41%.

Usia 18 - 24 tahun
Nilai Tabungan20172016
US$ 046%31%
< US$ 100021%41%
US$ 1000 - US$ 4.99915%15%
US$ 5000 - US$ 9.9995%4%
US$ 1000 <13%8%
Sumber : GoBankingRates Survey

Usia 25 - 34 tahun 
Nilai Tabungan20172016
US$ 041%33%
< US$ 100020%34%
US$ 1000 - US$ 4.99913%13%
US$ 5000 - US$ 9.9996%5%
US$ 1000 <20%15%
Sumber : GoBankingRates Survey

Sementara itu survei Credit Karma, perusahaan perencanaan keuangan yang berbasis di Amerika Serikat, menemukan bahwa hampir 40% milenial menghabiskan uang yang bukan punya mereka dan berhutang demi bisa bermain bersama teman-temannya. Mereka paling banyak menghabiskan uang untuk pengalaman seperti pergi bersama teman atau berlibur.

Wajib Menabung
Padahal masa muda justru pijakan awal paling penting dalam merencanakan hidup. Apalagi kaum milenial, diyakini akan memiliki beban pengeluaran yang jauh lebih besar dari generasi sebelumnya, termasuk ketika mereka pensiun.

Berapa dana yang Anda butuhkan ketika pensiun? Hal ini bervariasi tergantung pengeluaran bulanan rutin setiap bulan. Namun rumus sederhana, yang sering digunakan oleh financial planner adalah pengeluaran Anda saat ini dikali inflasi dan berapa lama lagi Anda akan masuk usia pensiun.

Misal, Anda saat ini berumur 25 tahun sehingga baru memasuki usia pensiun 30 tahun lagi. Pengeluaran Anda saat ini membutuhkan Rp 4 juta per bulan. Kita ambil proyeksi optimistis bahwa tingkat inflasi Indonesi terjaga pada level 5% hingga 30 tahun ke depan.

Dengan rumus sederhana maka, akan keluar angka kebutuhan minimum Anda ketika pensiun Rp 17,29 juta per bulan. Cukup besar kan?

Pengeluaran saat iniUsiaInflasiProyeksi Pengeluaran Bulanan Pasca Pensiun
Rp 4 juta25 tahun5%Rp 17,3 juta
Rp 6 juta30 tahun5%Rp 20,3 juta
Rp 8 juta34 tahun5%Rp 22,3 juta
Sumber : Riset CNBC Indonesia

Perlu diingat rumus sederhana ini mengesampingkan perbedaan kebutuhan antara umur 25 tahun dan masa pensiun. Tentunya, kebutuhan masa pensiun bisa lebih besar bila Anda masih memiliki tanggung seperti anak yang masih sekolah.

Nah, besarnya kebutuhan pensiun harus menjadi perhatian bagi pekerja muda untuk sedari awal mulai berhemat, menabung dan berinvestasi. Bila menunda, bukan tidak mungkin Anda merasakan kesulitan keuangan ketika pensiun.

Misalnya, Anda rutin menabung Rp 500.000 per bulan sejak umur 25 tahun. Dengan perhitungan bunga deposito rata-rata 6% pertahun maka Anda mendapatkan hasil Rp 502 juta ketika pensiun.

Memang bukan jumlah yang besar ketika pensiun karena jumlah tabungan Anda tetap setiap bulan sebesar Rp 500.000 selama 30 tahun. Jumlah yang disarankan untuk tabungan pensiun berkisar 10% dari pendapatan Anda setiap bulan yang tentunya akan terus bertambah seiring pertumbuhan karir dan inflasi.

JHT dan JP Andalan Persiapan Pensiun
Untungnya di Indonesia ada program Jaminan Hari Tua (JHT) yang menjadi salah satu program Badan Penyelengara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. Program wajib bagi seluruh pekerja ini menjadi solusi konkrit bagi para anak muda yang sulit menabung untuk persiapan pensiun.

Dengan iuran 5,7% dari gaji, yang terdiri atas 2% dibayarkan karyawan dan 3,7% dibayarkan oleh perusahaan, tentu ini tidak memberatkan. Apalagi iuran BPJS Ketenagakerjaan dibayarkan otomatis oleh perusahaan sehingga karyawan tidak perlu repot menyetor ke kantor cabang.

Iuran JHT ini kemudian diinvestasikan oleh BPJS Ketenagakerjaan ke berbagai instrument investasi yang menguntungan dan risiko terukur sehingga menghasilkan return yang optimal. Misal investasi pasar modal, surat berharga, deposito, properti dan investasi langsung.

Hasil pengembangan JHT pun tergolong optimal, yakni mencapai 7,83% pada akhir 2017 lalu. Hasil pengembangan tersebut lebih tinggi lebih dari 2% dibandingkan dengan bunga deposito bank pemerintah.

Pentingnya lagi, dana JHT dari BPJS Ketenagakerjaan ini juga diinvestasikan untuk membangun negara. Misalnya, Surat Berharga Negara yang dibeli oleh BPJS Ketenagakerjaan, hasilnya digunakan untuk membiayai pembangunan di Indonesia.

Hal ini menyebabkan secara tidak langsung para pekerja, termasuk milenial, telah berkontribusi atas pembangunan pesat Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Hasil dari JHT bisa diterima oleh para peserta BPJS Ketenagakerjaan secara utuh atau lumpsum ketika masuk usia pensiun.

Pentingnya dana JHT buat para milenial ketika pensiun menjadi dasar kuat untuk tidak mencairkan sebelum waktunya. Secara regulasi, para pekerja yang resign dan tidak memiliki pekerjaan untuk kurun waktu tertentu memang dimungkinkan untuk mencairkan dana JHT.

Namun, apapun alasannya, Anda harus mengamankan tabungan pensiun sedari awal sehingga pilihan mencairkan JHT sebelum waktunya menjadi kurang bijak. Apalagi bila pencairan itu dilakukan untuk jalan-jalan atau uang muka membeli mobil baru.

Hati-hati! Milenial Terancam Hidup Susah Kala PensiunFoto: BPJS Ketenagakerjaan

Untuk melengkapi perencanaan pensiun, tidak ada salahnya pekerja menggunakan produk Jaminan Pensiun (JP) dari BPJS Ketenagakerjaan. Berbeda dengan JHT, JP adalah jaminan sosial yang bertujuan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak bagi peserta dan/atau ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah peserta memasuki usia pensiun.

Iuran dari JP cukup terjangkau, yakni 3% dari upah pekerja, yang terdiri atas 2% dari pemberi kerja dan 1% dari pekerja. JP memiliki beberapa manfaat yang bisa diterima oleh pekerja ataupun ahli waris pekerja sesuai dengan ketentuan.

Pertama adalah Manfaat Pensiun Hari Tua yang berupa uang tunai bulanan yang diberikan kepada peserta saat memasuki usia pensiun sampai dengan meninggal dunia.

Kedua, Manfaat Pensiun Cacat yang berupa uang tunai bulanan yang diberikan kepada peserta yang mengalami cacat total tetap akibat kecelakaan tidak dapat bekerja kembali atau akibat penyakit sampai meninggal dunia. Manfaat pensiun cacat ini diberikan sampai dengan meninggal dunia atau peserta bekerja kembali.

Ketiga, Manfaat Pensiun Janda/Duda yang berupa uang tunai bulanan yang diberikan kepada janda/duda yang menjadi ahli waris sampai dengan meninggal dunia atau menikah lagi, dengan kondisi peserta.

Keempat, Manfaat Pensiun Anak, yang berupa uang tunai bulanan yang diberikan kepada anak yang menjadi ahli waris peserta sampai dengan usia anak mencapai usia 23, atau bekerja, atau menikah dengan kondisi peserta.

Terakhir adalah Manfaat Pensiun Orang Tua yang diberikan kepada orang tua yang menjadi ahli waris peserta lajang. BPJS Ketenagakerjaan memproyeksikan besaran Jaminan Pensiun nantinya mencapai 30% dari rata-rata upah yang dilaporkan.

Tentu Anda tidak mau hidup susah kala tua, meski berlimpah uang waktu muda. Alokasikan segera keuangan Anda dengan sigap. Dari mulai pengeluaran rutin, cicilan dan asuransi, dana darurat, investasi, serta tentunya jangan lupa mengecek iuran BPJS Ketenagakerjaan yang dibayarkan perusahaan tempat Anda bekerja, termasuk JHT dan JP.

Selain JHT dan JP, Anda juga dapat menambah fasilitas dana pensiun sendiri yaitu yang melalui dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) di perusahaan asuransi dan bank, atau dalam bentuk dana pensiun pemberi kerja dari kantor tempat Anda bekerja.

Persiapkan dana pensiun Anda dari awal untuk masa depan yang terencana!

TIM RISET CNBC INDONESIA


(dob/dob) Next Article Tanpa Persiapan Ini, Pensiun Anda Bisa Amburadul!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular