
Pasar Saham Berdarah-darah, Ini Tips Investasi Reksa Dana
Monica Wareza, CNBC Indonesia
05 September 2018 14:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang diperparah oleh krisis di sejumlah negara berkembang membuat investor juga ramai-ramai meninggalkan pasar saham Indonesia. Hal tersebut membuat investasi di pasar saham menjadi tidak menarik, tak terkecuali reksa dana.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana memberikan tips berinvestasi di reksa dana saat kondisi pasar saham dan obligasi dilandan sentimen bearish. Reksa dana pasar uang menjadi instrumen investasi paling aman, karena risiko di instrumen satu ini paling kecil.
"Kalau jangka pendek ya harus pasar uang karena aman. Karena dia berbasis deposito ya resikonya kecil sekali dan dengan suku bunga naik akan diuntungkan juga," kata Wawan kepada CNBC Indonesia, Selasa (4/9).
Hingga akhir Agustus lalu, reksa dana jenis ini menjadi satu-satunya reksa dana yang memberikan return positif kepada investor. Berdasarkan data dari Infovesta reksa dana pasar uang yang tercermin dalam Infovesta Money Market Fund Index sudah memberikan return positif sebesar 2,67%.
Berkebalikan dengan tiga jenis reksa dana lainnya yang masih memberikan return negatif. Di periode yang sama, reksa dana saham yang tercermin dalam Infovesta Equity Fund Index tercatat masih berkinerja negatif rata-rata mencapai 5,22%.
Lalu, reksa dana campuran atau Infovesta Balanced Fund Index tercatat masih berkinerja kurang baik yakni masih minus 3,12% year to date. Kemudian reksa dana pendapatan tetap atau Infovesta Fixed Income Fund Index masih turut melemah 3,60%
Meski demikian, Wawan menyebutkan jenis reksa dana pendapatan tetap akan lebih cocok untuk jenis investasi jangka menengah. Pasalnya, diperkirakan pasar obligasi dalam negeri akan membaik di tahun depan meski saat ini masih loyo.
"Kalau menengah ke pendapatan tetap terutama fresh money. Tapi kalau masuk awal tahun 'nyangkut' tahun ini yang basis obligasi tapi kalau tahun depan bisa positif," jelas dia.
Pasalnya, saat ini yield obligasi menarik, SUN tenor 10 tahun sudah memiliki yield di atas 8% sehingga dianggap cukup menarik untuk invetsor menengah. Karena kalau dilihat obligasi pendapatannya dari dua, yakni dari pergerakan harga dan kupon masuk sehingga mesku tahun ini harganya berdarah-darah tapi masih ada kupon yang masuk.
Kemudian, kondisi pasar saham saat ini yang masih terkoreksi 5,31% hingga akhir Agustus lalu bisa dimanfaatkan untuk mulai masuk ke reksa dana saham. Wawan memprediksi kondisi pasar saham Indonesia akan mulai membaik di akhir tahun nanti hingga tahun depan.
"Sepanjang tujuan invstor long term justru koreksi saham saat ini bisa jadi momen tepat untuk masuk," imbuh dia.
(hps) Next Article 5 Tips Investasi: Mudah Kelola Risiko, Optimalkan Imbal Hasil
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana memberikan tips berinvestasi di reksa dana saat kondisi pasar saham dan obligasi dilandan sentimen bearish. Reksa dana pasar uang menjadi instrumen investasi paling aman, karena risiko di instrumen satu ini paling kecil.
"Kalau jangka pendek ya harus pasar uang karena aman. Karena dia berbasis deposito ya resikonya kecil sekali dan dengan suku bunga naik akan diuntungkan juga," kata Wawan kepada CNBC Indonesia, Selasa (4/9).
Berkebalikan dengan tiga jenis reksa dana lainnya yang masih memberikan return negatif. Di periode yang sama, reksa dana saham yang tercermin dalam Infovesta Equity Fund Index tercatat masih berkinerja negatif rata-rata mencapai 5,22%.
Lalu, reksa dana campuran atau Infovesta Balanced Fund Index tercatat masih berkinerja kurang baik yakni masih minus 3,12% year to date. Kemudian reksa dana pendapatan tetap atau Infovesta Fixed Income Fund Index masih turut melemah 3,60%
Meski demikian, Wawan menyebutkan jenis reksa dana pendapatan tetap akan lebih cocok untuk jenis investasi jangka menengah. Pasalnya, diperkirakan pasar obligasi dalam negeri akan membaik di tahun depan meski saat ini masih loyo.
"Kalau menengah ke pendapatan tetap terutama fresh money. Tapi kalau masuk awal tahun 'nyangkut' tahun ini yang basis obligasi tapi kalau tahun depan bisa positif," jelas dia.
Pasalnya, saat ini yield obligasi menarik, SUN tenor 10 tahun sudah memiliki yield di atas 8% sehingga dianggap cukup menarik untuk invetsor menengah. Karena kalau dilihat obligasi pendapatannya dari dua, yakni dari pergerakan harga dan kupon masuk sehingga mesku tahun ini harganya berdarah-darah tapi masih ada kupon yang masuk.
Kemudian, kondisi pasar saham saat ini yang masih terkoreksi 5,31% hingga akhir Agustus lalu bisa dimanfaatkan untuk mulai masuk ke reksa dana saham. Wawan memprediksi kondisi pasar saham Indonesia akan mulai membaik di akhir tahun nanti hingga tahun depan.
"Sepanjang tujuan invstor long term justru koreksi saham saat ini bisa jadi momen tepat untuk masuk," imbuh dia.
(hps) Next Article 5 Tips Investasi: Mudah Kelola Risiko, Optimalkan Imbal Hasil
Most Popular