MARKET DATA
CNBC Insight

Orang Terkaya RI Tak Malu Jajan Es Pinggir Jalan & Jadi Sopir Truk

MFakhriansyah,  CNBC Indonesia
19 December 2025 15:27
Relawan Keraton Kraton yang dikenal dengan sebutan 'Abdi Dalem' membawa 'Gunungan' berupa gunungan kurban dalam upacara Grebeg Syawalan dalam rangka perayaan Idul Fitri di Masjid Agung Kauman pada 22 April 2023. di Yogyakarta, Indonesia. Grebeg Syawal merupakan tradisi yang mengikuti bulan suci Ramadan untuk menyambut Idul Fitri. Tradisi tersebut berupa sesaji sayuran, paprika, telur, dan barang-barang lainnya yang disebut 'Gunungan Wadon' dan 'Gunungan Lanang' yang dibawa ke Masjid Raya sebagai bagian dari simbol sedekah Sri Sultan Hamengkubuwono X kepada rakyatnya. Menerima sebagian Gunungan dipercaya membawa keberuntungan dan berkah untuk setahun ke depan. (Ulet Ifansasti/Getty Images)
Foto: Relawan Keraton Kraton yang dikenal dengan sebutan 'Abdi Dalem' membawa 'Gunungan' berupa gunungan kurban dalam upacara Grebeg Syawalan dalam rangka perayaan Idul Fitri di Masjid Agung Kauman pada 22 April 2023. di Yogyakarta, Indonesia. (Getty Images/Ulet Ifansasti)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penguasa Yogyakarta sejak 1940, Sri Sultan Hamengkubuwana IX, memilih tetap hidup sederhana dan membantu rakyat kecil, meskipun kekayaannya melimpah.

Tak diketahui pasti berapa kekayaannya, tapi dia tercatat sejarah sebagai sosok dermawan yang kerap membagi-bagikan harta. Harta kekayaannya tak terlepas dari warisan dan sistem feodalisme kerajaan.

Ketika awal kemerdekaan, ia menyumbang uang 6,5 juta gulden ke pemerintah dan 5 juta gulden untuk rakyat yang menderita. Nominal segitu setara Rp 20-30 miliar pada masa sekarang.

Meski banyak uang dan hidup penuh kehormatan, Sri Sultan tak terlena. Banyak orang merekam kebiasaannya hidup tak memamerkan harta.

Diceritakan dalam Takhta untuk Rakyat: Celah-Celah Kehidupan Sultan Hamengkubuwono IX (1982), Sri Sultan tercatat pernah beli es gerobakan di pinggir jalan depan Stasiun Klender, Jakarta, pada 1946.

Kala itu, cuaca sangat panas dan Sultan butuh minuman segar. Bisa saja dia pergi ke restoran dan jajan di sana, tapi dia ogah dan memilih minum es di pinggir jalan.

Selain itu, Sri Sultan juga pernah menjadi supir truk pengangkut beras. Cerita ini bermula ketika Sri Sultan mengendarai truk Land Rover miliknya dari pedesaan ke pusat kota.

Di tengah jalan, dia dihentikan oleh seorang perempuan penjual beras. Perempuan itu ingin ikut serta ke pasar di kota. Bahkan, langsung meminta sopir membantunya mengangkut beras ke dalam truk.

Semua terjadi begitu saja tanpa tahu orang yang ditumpanginya adalah Raja Jawa. Sri Sultan lantas langsung manut dan mengangkat dua karung besar ke truk.

Dalam otobiografi Pranoto Reksosamodra berjudul Catatan Jenderal Pranoto Reksosamodra (2015) diceritakan, selama perjalanan penjual beras dan Sri Sultan asyik mengobrol tanpa tahu obrolan berlangsung bersama penguasa nomor satu.

Saat tiba di pasar, Sri Sultan juga bertugas layaknya supir pada umumnya, yakni menurunkan karung tersebut. Lalu, si penjual beras memberikan upah. Namun, Sri Sultan dengan sopan menolak pemberian dan mengembalikan uang tersebut.

Penjual beras malah bersikap reaksioner. Dia marah dan merasa tersinggung sebab mengira supir truk tak mau menerima uang karena nominalnya terlalu sedikit.

Sri Sultan segera pergi meninggalkan penjual beras. Sementara perempuan itu masih tak menerima penolakan dan memandang supir tersebut sombong tak butuh uang.

Dengan mulut terus-terusan menggerutu, ada orang yang akhirnya memberitahu penjual beras bahwa sebenarnya supir truk yang marahi habis-habisan adalah Sultan Hamengkubuwana IX.

Saat mendengar ini, penjual beras itu kaget dan pingsan hingga dibawa ke rumah sakit. Kejadian tersebut lantas terdengar ke telinga Sri Sultan. Seketika, Sultan langsung memacu kendaraannya ke rumah sakit dan menjenguk penjual beras tersebut.

(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Orang Terkaya RI Tak Malu Jajan Es Pinggir Jalan dan Jadi Sopir Truk


Most Popular
Features