MARKET DATA

Rupiah Balik Arah, Dolar AS Naik ke Rp16.690

Elvan Widyatama,  CNBC Indonesia
18 December 2025 09:05
Petugas menunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di tempat penukaran uang PT Ayu Masagung, Jakarta, Senin (18/11/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Petugas menunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di tempat penukaran uang PT Ayu Masagung, Jakarta, Senin (18/11/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah dibuka melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pagi ini, Kamis (18/12/2025).

Mengacu pada data Refinitiv, rupiah dibuka di level Rp16.690/US$, atau terdepresiasi 0,06%. Pelemahan ini membalikkan posisi perdagangan sebelumnya, dimana rupiah masih mampu menguat tipis 0,03% dan ditutup di level Rp16.680/US$.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 09.00 WIB terpantau menguat tipis 0,06% ke level 98,425 yang menunjukkan kembalinya permintaan terhadap aset berdenominasi dolar.

Pergerakan rupiah hari ini masih dipengaruhi oleh respons pelaku pasar terhadap keputusan Bank Indonesia (BI) yang kembali menahan suku bunga acuan. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 16-17 Desember 2025, BI memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate di level 4,75%.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 16 dan 17 Desember 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate tetap sebesar 4,75%," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers daring, Rabu (17/12/2025).

Keputusan tersebut ditempuh sebagai bagian dari upaya Bank Indonesia menjaga stabilitas nilai tukar rupiah agar tetap sejalan dengan fundamental ekonomi, di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi, sekaligus tetap bersinergi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Perry juga menegaskan bahwa ke depan, fokus kebijakan BI akan diarahkan pada penguatan transmisi kebijakan moneter guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan.

Bank Indonesia akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga lebih lanjut, seiring dengan proyeksi inflasi 2026 yang diperkirakan tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1%, serta kebutuhan untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Sementara dari eksternal, pergerakan pasar global masih dibayangi ketidakpastian arah kebijakan moneter Amerika Serikat. Pelaku pasar masih mencermati kapan bank sentral AS (The Fed) akan kembali memangkas suku bunga, serta siapa sosok yang akan dipilih Presiden Donald Trump untuk menggantikan Ketua The Fed Jerome Powell ke depan.

Komentar pejabat The Fed yang beragam turut menambah volatilitas pasar. Gubernur The Fed Christopher Waller pada Rabu menyatakan bahwa bank sentral AS masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga, seiring meningkatnya tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja.

Pernyataan ini kontras dengan sikap Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic, yang pada Selasa lalu menilai pemangkasan suku bunga pekan lalu tidak sepenuhnya diperlukan dan memperkirakan tidak akan ada penurunan suku bunga lanjutan sepanjang 2026.

(evw/evw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Menutup Pekan Naik Tipis, Dolar AS Turun ke Rp16.625


Most Popular
Features