MARKET DATA

Likuiditas Makin Longgar, Pertumbuhan Kredit Malah Melambat

Zefanya Aprilia,  CNBC Indonesia
11 December 2025 18:50
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan, Dian Ediana Rae saat menyampaikan Konferensi Pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK Hasil RDKB Agustus 2025. (Tangkapan Layar Youtube/Otoritas Jasa Keuangan)
Foto: Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan, Dian Ediana Rae saat menyampaikan Konferensi Pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK Hasil RDKB Agustus 2025. (Tangkapan Layar Youtube/Otoritas Jasa Keuangan)

Jakarta, CNBC Indonesia — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan kredit perbankan melambat per Oktober 2025. Pada bulan ke-10 tahun ini kredit tumbuh 7,36% secara tahunan menjadi Rp 8.220 triliun. 

Pada bulan sebelumnya, kredit tumbuh 7,7% yoy dan pada periode yang sama tahun lalu naik 10,92% yoy. 

Berdasarkan penggunaan, kredit investasi naik paling kencang, yaitu 15,72% yoy. Angka ini bahkan lebih tinggi bila dibandingkan dengan Oktober 2024. 

Akan tetapi kredit modal kerja dan kredit konsumsi jauh melambat. Pertumbuhan kedua jenis kredit itu masing-masing turun 686 basis poin (bps) dan 398 bps secara tahunan. 

Pada periode yang sama, dana pihak ketiga (DPK) perbankan justru menguat. Per Oktober 2025, DPK naik 11,48% yoy, sedangkan Oktober tahun lalu 6,74% yoy.

Alhasil loan to deposit ratio (LDR) pun turun dari 87,5% menjadi 84,26%. 

Kepala Eksekutif Pengawas PerbankanOJK DianEdiana Rae mengatakan bahwa likuiditas industri perbankan memadai. "Al/NCD dan Al/DPK masing-masing 130,97% dan 29,43%," katanya dalam Konferensi Pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK Hasil RDKB November 2025, Kamis (11/12/2025).

Sementara itu, rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) gross naik 5 bps secara tahunan menjadi 2,25% dan NPL net naik 13 bps menjadi 0,9%. Namun loan at risk (LAR) turun dari 9,94% menjadi 9,91%. 

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menilai pentingnya memperkuat permintaan domestik yang masih membutuhkan dorongan lanjutan, terutama seiring moderasi inflasi inti.

Kebijakan yang terarah diperlukan agar momentum pemulihan tetap terjaga di tengah dinamika global yang masih penuh ketidakpastian. "Berdasarkan hal tersebut perlu dicermati permintaan domestik yang masih butuh dukungan lebih lanjut seiring dengan moderasi inflasi inti," katanya.

(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pertumbuhan Kredit Bank Melandai ke 7,03% yoy, UMKM Masih Lemah


Most Popular
Features