MARKET DATA

Bos Danantara Buka Kartu! Ini yang Bikin Sport Tourism RI Susah Maju

Martyasari Rizky,  CNBC Indonesia
07 December 2025 19:00
COO Danantara, Dony Oskaria dalam acara Indonesia Sportd Summit 2025 di Indonesia Arena GBK, Jakarta, Minggu (7/12/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Foto: COO Danantara, Dony Oskaria dalam acara Indonesia Sportd Summit 2025 di Indonesia Arena GBK, Jakarta, Minggu (7/12/2025). (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Jakarta, CNBC Indonesia — Indonesia dinilai masih menghadapi tantangan serius dalam sport tourism. Indonesia bisa dibilang tertinggal oleh negara tetangga, seperti Singapura. 

Menurut COO Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) Dony Oskaria ketiadaan regulasi dan minimnya intervensi pemerintah membuat Indonesia kalah kompetisi dengan negara yang lebih agresif.

Ia menilai sebagian besar negara lain memiliki kebijakan ketat untuk menjaga keberlanjutan event, terutama terkait biaya, akomodasi, dan intervensi pemerintah dalam penyelenggaraan acara.

"Contoh misalkan di Mandalika. Karena tidak ada kebijakan yang strict yang diimplementasikan di Mandalika, menyebabkan berdampak juga terhadap keberlanjutan daripada eventnya. Misalnya harga kamar. Kalau pada umumnya di beberapa negara, setiap event itu ada intervensi daripada pemerintah untuk melakukan batas atas daripada setiap cost yang dikeluarkan," jelas Dony dalam acara Indonesia Sportd Summit 2025 di Indonesia Arena GBK, Jakarta, Minggu (7/12/2025).

Dony menuturkan, negara lain biasanya membatasi kenaikan harga kamar maksimal 2-2,5 kali lipat. Tanpa aturan ini, masyarakat bisa dirugikan dan keberlanjutan event terganggu.

"Tidak bisa dia kalau kemudian 'mumpung lagi rame' terus dihajar dengan harga yang tinggi. Ini juga menjadi persoalan ke depan yang harus kita selesaikan," kata dia.

Di banyak negara, pemerintah bahkan membiayai license fee event besar, karena manfaat utamanya diterima negara, bukan pihak penyelenggara.

"Umumnya di luar negeri event sports yang membutuhkan license, ini dibiayai oleh negara. Karena memang license fee-nya besar, dan yang mendapatkan manfaat daripada event itu adalah negara sebetulnya," ujarnya.

Dony mengingatkan, tanpa regulasi dan intervensi seperti ini, Indonesia akan kalah bersaing dan malah mendorong peningkatan outflow wisatawan ke negara tetangga.

"Kita tidak boleh kalah dengan Singapura. Yang terjadi adalah ini bisa outflow kita meningkat, karena kita kalah dalam memilih event dengan negara tetangga kita," kata Dony.

Menurutnya, pemerintah harus memastikan sport tourism masuk dalam kebijakan pertumbuhan ekonomi nasional agar bisa memberikan dampak jangka panjang.

(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Danantara Buka-Bukaan Soal Rencana Review Bisnis BUMN


Most Popular