CNBC Insight

Banyak Orang Tak Tahu, Ada Sosok Peramal Sakti di Balik Bisnis Salim

M Fakhri, CNBC Indonesia
Minggu, 23/11/2025 17:00 WIB
Foto: Liem Sioe Liong atau dikenal dengan nama Indonesia Sudono Salim, adalah seorang pengusaha Indonesia. (Dok. Istimewa)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam sebuah penerbangan menuju Hong Kong pada 1975, Sudono Salim atau Liem Sioe Liong secara tak terduga bertemu dengan Mochtar Riady. Pertemuan itu kemudian berlanjut dengan obrolan seputar dunia perbankan.


Dalam percakapan tersebut, Riady mengungkapkan keinginannya membangun sebuah bank baru. Mendengar itu, Salim menanggapi bahwa ia justru sedang mencari sosok yang mampu mengelola tiga bank miliknya: Bank Windu Kencana, Bank Dewa Ruci, dan Bank Central Asia (BCA). Ia pun melihat Riady sebagai figur yang pas untuk tugas tersebut. Dari kepentingan yang saling bertemu, keduanya akhirnya sepakat bekerja sama membangun bank tersebut.


Di bawah kepemimpinan Riady, BCA berkembang pesat hingga menjadi bank swasta terbesar di Indonesia sejak era 1980-an hingga kini. Jika Salim tidak memilih Riady saat itu, sejarah mungkin akan berjalan lain. Namun, keputusan tersebut jelas bukan kebetulan, Salim menentukannya dengan pertimbangan matang dan penuh perhitungan.



Namun, bukan lewat hitungan matematis dan ekonomi, tetapi nasehat peramal.


"Sekembalinya dari Gunung Kawi (menemui peramal), dengan keyakinan dia berkata kalau "aku akan menjadi Tang Sheng untuk Mohctar"," kata Salim dikutip dari Liem Sioe Liong dan Salim Group: Pilar Bisnis Soeharto (2016) karya Richard Borsuk dan Nancy Chng.


Mengutip Gunung Kawi: Fakta dan Mitos, Gunung Kawi memang dikenal sebagai tempat yang kerap didatangi orang-orang untuk tujuan mistik, termasuk meminta ramalan dari dukun. Dan Salim punya misi khusus tiap kali ke sana. Dalam paparan Richard dan Nancy, Salim tercatat kerap bolak-balik Surabaya-Gunung Kawi dengan jarak tempuh 3 jam. Dia kesana bisa 3-5 kali dalam setahun untuk berdiam diri khusus di kuil China. Setiap ingin memulai bisnis besar, dia mesti kesana untuk meminta saran peramal dan melakukan beberapa ritual.


"Di kuil-kuil tempat dia bersembahyang, Liem sering mengandalkan cara-cara gaib untuk membantunya memutuskan langkah apa yang harus diambil. Salah satu cara yang biasa dipakai adalah menggoyang-goyangkan tabung bambu berisi lidi-lidi dengan tulisan tertentu sampai sebatang lidi kelar, tulisan di lidi itu lalu dibaca dan ditafsirkan oleh rahib atau peramal," kata Richard dan Nancy.


Tiap kali peramal itu berucap, Salim jelas mempercayainya. Dia tidak ingin salah langkah dan rugi besar jika tidak "nurut" pada peramal. Salim melakukan ini tidak hanya untuk memulai bisnis, tetapi juga melakukannya untuk meramal bangunan atau suatu tempat. Salim pernah ada cerita khusus tentang ini. Pada 1968, dia bersama konglomerasi 'Gang of Four' yang berisi Sudwikatmono, Djuhar Sutanto dan Ibrahim Risjad ingin memulai bisnis.


Dia memutuskan untuk memulai kerjasama dari ruangan kecil yang sesak, alih-alih ruangan besar nan nyaman. Ruangan itu hanya ada satu telepon, satu meja, dan dua kursi tanpa pendingin ruangan. Salim ngotot mempertahankan ruangan itu karena sangat baik dari segi feng shui. Belakangan, kepercayaan itu terbukti. Bisnis Salim lewat 'Gang of Four' moncer.


Tak hanya itu, berkat kepercayaannya pada hal mistik, bisnis Salim yang lain makin menggurita hingga membuat dia kaya raya.


(hsy/hsy)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bangun Kota Mandiri, Jurus Ekspansi Bisnis Properti Era Sulit