
Daftar Taipan Di Balik 11 Rumah Sakit Besar di Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Investasi kesehatan adalah upaya untuk menjaga dan meningkatkan kondisi fisik, mental, dan emosional seseorang sepanjang hidup. Selain mengurangi risiko penyakit, itu juga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Masyarakat juga dapat investasi langsung pada saham-saham bidang kesehatan. Seperti diketahui, saham-saham rumah sakit semakin dilirik investor, terlebih sejak pandemi Covid-19 pada tahun 2020.
Di Bursa Efek Indonesia (BEI), ada 11 saham emiten RS yang tercatat dan sahamnya diperdagangkan untuk publik. Sehingga Anda tidak hanya bisa berobat di sana, tapi juga bisa memegang sahamnya.
Di balik emiten-emiten pengelola tersebut, di antaranya ada sejumlah konglomerat RI. Lantas siapa saja penguasa emiten RS di Indonesia?
Dato' Sri Tahir
Pria kelahiran Surabaya pada 26 Maret 1952 ini merupakan pemilik Grup Mayapada, yang bergerak di berbagai bidang mulai dari perbankan hingga kesehatan, yakni Rumah Sakit Mayapada atau Mayapada Hospital. Ia merupakan pemegang saham pengendali dari PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. (SRAJ) yang merupakan pengelola dari Mayapada Hospital.
Ia menggenggam sebanyak 0,02% saham SRAJ. Anaknya, Jane Dewi Tahir juga merupakan pemegang saham pengendali dengan kepemilikan sebanyak 0,42%.
Mayapada Hospital merupakan salah satu rumah sakit swasta terbaik yang didirikan oleh Healthcare Group pada 1 Juni 2008 setelah mengakuisisi Honoris Hospital di kawasan hunian eksklusif Modern Land Tangerang. Sebagai bentuk komitmen untuk menyediakan pelayanan kesehatan berstandar internasional, Mayapada Hospital bekerja sama dengan National Health Care Group Singapore.
Dato Sri Tahir saat ini tercatat sebagai salah satu orang terkaya Indonesia versi Forbes.
Martua Sitorus
Anak konglomerat Martua Sitorus, Jacqueline Sitorus merupakan pemegang saham pengendali dari PT Murni Sadar Tbk. (MTMH). Emiten tersebut merupakan pengelola Murni Sadar Hospitals yang memiliki total 6 rumah sakit yang merupakan 5 rumah sakit Murni Teguh dan 1 rumah sakit ibu anak Rosiva dengan total kapasitas 858 tempat tidur.
Martua sendiri merupakan taipan yang kaya raya dari bisnis perkebunan kelapa sawit, yang sudah memperluas gurita bisnisnya ke berbagai sektor, termasuk rumah sakit. Ia saat ini juga berada dalam daftar orang terkaya Indonesia versi Forbes.
Keluarga Boenjamin Setiawan
Konglomerat yang memiliki jaringan bisnis rumah sakit di Indonesia adalah mendiang Boenjamin Setiawan, yang lahir pada 23 September 1933 di Tegal, Jawa Tengah dan wafat 4 April 2023. Dia merupakan pendiri Rumah Sakit Mitra Keluarga, yang pertama kali berdiri pada 1989.
Pria yang akrab disapa Dr. Boen ini juga mengendalikan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) yang mengoperasikan sebanyak 25 rumah sakit. Selain itu, pria yang memiliki gelar doktor di bidang farmologi ini juga merupakan pendiri perusahaan farmasi PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) pada tahun 1966 bersama lima saudaranya.
Dr. Boen sempat masuk ke daftar orang terkaya RI versi Forbes tahun 2022.
Eddy Kusnadi Sariaatmadja
Konglomerat Eddy Kusnadi Sariaatmadja merupakan pemilik dari PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) yang mengendalikan pengelola RS Omni, PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk. (SAME). Pengelola RS Omni itu memiliki 8 rumah sakit dengan kapasitas 1.454 tempat tidur, di mana 6 merupakan rumah sakit EMC dan 2 merupakan rumah sakit GRHA.
Adapun Elang Mahkota Teknologi memegang sebesar 79% saham SAME dan sisanya sebesar 21% dipegang oleh masyarakat.
Sementara itu, SAME merupakan pemegang saham pengendali emiten pengelola rumah sakit lainnya, PT Kedoya Adyaraya Tbk. (RSGK), dengan kepemilikan 79,84% saham.
Berdasarkan data Forbes tahun 2022, Eddy menduduki peringkat 19 dalam daftar 50 orang terkaya di Indonesia. Harta kekayaan Eddy mencapai US$ 2,4 miliar pada saat itu.
Mochtar Riady
Mertua dari Dato Sri Tahir ini juga memiliki bisnis rumah sakit. Mochtar Riady adalah pendiri Grup Lippo, dengan sejumlah perusahaan yang bergerak di berbagai bidang, termasuk kesehatan.
Mochtar berbisnis rumah sakit melalui bendera Siloam Group, yang telah menjadi perusahaan terbuka PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO). Pada awal mendirikan RS, dia bekerja sama dengan Gleneagles, perusahaan jaringan rumah sakit di Singapura, dengan membangun RS Gleneagles. Namun setelah Gleneagles tak lagi melanjutkan kerja sama, Mochtar tetap melanjutkan bisnis rumah sakitdengan mengubah nama menjadi RS Siloam.
Sampai saat ini Rumah Sakit Siloam terus berkembang dan tersebar di wilayah Indonesia.
Sementara itu, dalam daftar orang terkaya Forbes 2021, miliarder berusia 93 tahun ini berada di peringkat 23, dengan kekayaan sebesar US$ 1,7 miliar atau setara Rp 24,77 triliun.
Keluarga The Ning King
Hungkang Sutedja, anak dari taipan The Ning King, merupakan pemilik manfaat dari perseroan (ultimate beneficial owner) PT Kedoya Adyaraya Tbk. (RSGK). Emiten itu memiliki total 2 rumah sakit yakni GRHA Kedoya dan GRHA MM2100.
RSGK adalah bagian dari grup SAME, di mana emiten rumah sakit tersebut sebagai pemegang saham pengendali dengan 79,84% saham. Sementara itu, Hungkang Sutedja tercatat memegang 2,34% saham RSGK.
The Ning King sendiri merupakan taipan Indonesia yang punya banyak perusahaan yang berkutat di sektor tekstil, industri baja, properti, pertambangan, energi, dan pertanian di bawah bendera Agro Manunggal. Namanya juga masuk 50 orang terkaya di Indonesia tahun 2017 versi Forbes dengan kekayaan bersih US$ 450 juta atau setara Rp 6,5 triliun.
(ayh/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kaya Raya dari Industri Farmasi, Ini Tiga Raja Obat di RI
