Begini 4 Strategi BI Jaga Stabilitas Pasar Uang dan Ekonomi RI

Zahwa Madjid,  CNBC Indonesia
03 November 2025 19:20
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo saat konferensi pers Hasil Rapat Berkala KSSK IV Tahun 2025 di Jakarta, Senin (3/11/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo saat konferensi pers Hasil Rapat Berkala KSSK IV Tahun 2025 di Jakarta, Senin (3/11/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan bank sentral telah menjalankan empat langkah kebijakan moneter untuk menjaga stabilitas keuangan dan perekonomian Indonesia.

Pertama, kata Perry, BI secara konsisten menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) pada Juli, Agustus, dan September 2025. Dengan penurunan sebanyak 3 kali ini, posisi suku bunga acuan mencapai 4,75% per September 2025.

"Dengan langkah ini, sejak September 2024, BI telah menurunkan 6 kali BI Rate, secara keseluruhan 150 bps keputusan ini sejalan dengan upaya bersama mendorong pertumbuhan," kata Perry, dalam paparan hasil rapat KSSK IV, Senin (3/11/2025).

Selanjutnya, penurunan 150 bps dari BI Rate ini berdampak pada imbal hasil atau yield SBN. Ke depan, BI akan terus mencermati efek transmisi moneter longgar yang telah ditempuh serta menjaga stabilitas nilai tukar. Perry pun memberikan sinyal penurunan suku bunga lebih lanjut ke depannya.

Kedua, Perry mengatakan BI memperkuat strategi stabilitas nilai tukar rupiah didukung posisi cadangan devisa yang lebih dari cukup. Adapun, dia menegaskan kebijakan BI menjaga stabilitas rupiah juga ditopang dengan intervensi di dalam negeri, intervensi NDF di pasar luar negeri dan pembelian SBN di pasar sekunder untuk meningkatkan likuiditas.

Ketiga, BI juga mendorong langkah kebijakan moneter agar ekspansi likuiditas moneter melalui strategi promarket untuk memperkuat transmisi penurunan suku bunga dan mempercepat pendalaman pasar uang valas. Instrumen promarket BI ini termasuk Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), sekuritas valuta asing Bank Indonesia (SVBI) dan sukuk valuta asing Bank Indonesia (SUVBI).

Di samping itu, BI juga telah memperluas underlying repo dengan surat berharga berkualitas lainnya, tidak hanya SBN. Menurut Perry, BI juga menggunakan surat berharga dari lembaga jasa keuangan yang didirikan pemerintah dalam rangka memperluas underlying repo ini.

BI juga menerbitkan BI-FRN (Floating Rate Note) dan pengembangan Overnight Index Swap (OIS) untuk tenor di atas overnight untuk membentuk struktur suku bunga yang berdasarkan transaksi di pasar uang.

Perry menambahkan BI memperluas investor SukBI untuk dapat dimiliki oleh bank dan nonbank, termasuk bukan penduduk. Langkah keempat, kata Perry, adalah upaya BI membeli SBN di pasar sekunder. Ini adalah bentuk sinergi erat BI dan pemerintah sejak Januari 2025.

"Hingga 30 Oktober 2025 di antaranya Rp 270 triliun. Itu pembelian pasar sekunder debt switching pemerintah Rp 199,9 triliun," ujar Perry.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BI Beli SBN Rp132,9 T Demi Amankan Rupiah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular