Tekanan Dolar Kuat dan Pasokan Melimpah, Harga Minyak Melorot
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia melemah pada perdagangan Jumat (31/10/2025) pagi. Tekanan datang dari menguatnya dolar AS dan meningkatnya pasokan global, yang menutupi dampak sanksi Barat terhadap ekspor minyak Rusia.
Melansir Refinitiv, pukul 10.10 WIB menunjukkan Brent turun ke US$64,71 per barel, merosot 0,45% dibanding Kamis (US$65,00). Sementara WTI melemah 0,56% ke US$60,23 per barel dari posisi sebelumnya di US$60,57.
ANZ Research mencatat, penguatan dolar AS menekan selera investor terhadap komoditas. Ucapan Ketua The Fed Jerome Powell yang menyiratkan bahwa pemangkasan suku bunga Desember belum tentu terjadi membuat dolar kian perkasa, sehingga harga minyak sulit menguat.
Secara fundamental, pasar juga dibayangi kekhawatiran lonjakan suplai. Melansir dari Reuters, beberapa anggota OPEC+ dikabarkan akan menambah produksi pada Desember mendatang untuk mempertahankan pangsa pasar.
Produksi minyak mentah AS pun mencatat rekor tertinggi 13,6 juta barel per hari, menurut data EIA, sedangkan ekspor Arab Saudi menembus 6,4 juta barel per hari tertinggi dalam enam bulan terakhir.
Dengan pelemahan hari ini, baik Brent maupun WTI berpotensi mencatat penurunan bulanan ketiga berturut-turut. Sepanjang Oktober, harga Brent sudah turun sekitar 3%, seiring ekspektasi pertumbuhan permintaan global yang melambat sementara pasokan terus bertambah.
Pasar minyak kini terjebak di antara dua tekanan, dolar yang kuat dan pasokan yang melimpah. Tanpa katalis baru dari sisi permintaan, harga minyak kemungkinan masih bergerak dalam tren melemah hingga pertemuan OPEC+ awal Desember.
CNBC Indonesia
(emb/emb)