Harga Minyak Dunia Stabil, Pasar Waspada Lonjakan Pasokan dan Sanksi

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
28 October 2025 10:23
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia — Harga minyak dunia terpantau stabil pada perdagangan Selasa pagi (28/10/2025), setelah dua hari mengalami pelemahan. Investor kini menimbang sinyal kelebihan pasokan global serta ketidakpastian dari sanksi Barat terhadap produsen minyak Rusia.

Berdasarkan Refinitiv, pada pukul 09.40 WIB, harga minyak mentah Brent berada di US$65,66 per barel, hanya naik tipis dari posisi sebelumnya di US$65,62 per barel. Sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) juga bergerak datar di US$61,32 per barel dibanding sehari sebelumnya di US$61,31.

Stabilnya harga minyak ini mencerminkan sikap hati-hati pelaku pasar di tengah sinyal bahwa suplai global terus meningkat. Data menunjukkan, jumlah minyak yang dikirim melintasi lautan dunia mencapai rekor tertinggi, menandakan pasokan yang melimpah masih menjadi faktor penekan utama.

Kelompok produsen minyak OPEC+ tengah mempertimbangkan untuk menambah kuota produksi pada pertemuan akhir pekan ini. Langkah tersebut dinilai bisa memperburuk kondisi surplus pasokan, terutama ketika permintaan global belum menunjukkan percepatan berarti.

Dari sisi geopolitik, perhatian pasar juga tertuju pada sanksi Amerika Serikat terhadap perusahaan minyak raksasa Rusia, Rosneft PJSC. Washington memberikan batas waktu enam bulan kepada Berlin untuk menyelesaikan persoalan kepemilikan aset Rosneft di Jerman - kebijakan yang dinilai bisa mengganggu arus suplai dari Rusia ke Eropa.

Meski demikian, sejumlah pejabat AS menegaskan bahwa tujuan kebijakan ini bukan untuk memicu lonjakan harga, melainkan meningkatkan risiko dan biaya bagi perdagangan minyak Rusia di pasar global. Hal ini menunjukkan pendekatan yang lebih berhati-hati agar tidak menimbulkan gejolak harga energi secara luas.

Pasar juga mencermati arah perundingan dagang antara Amerika Serikat dan China yang akan kembali dibahas pada KTT Kamis (30/10/2025) mendatang. Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping dijadwalkan bertemu langsung setelah tim negosiator dari kedua pihak melaporkan adanya kemajuan menuju kesepakatan.

Secara bulanan, harga minyak masih berpotensi mencatat penurunan untuk ketiga kalinya berturut-turut. Kombinasi antara meningkatnya suplai dari OPEC+ dan negara pengebor non-OPEC membuat keseimbangan pasar semakin rapuh.

CNBC Indonesia Research


(emb/emb)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article OPEC+ Langsung Genjot Produksi Usai Harga Minyak Mentah Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular