Dolar AS Tembus Rp16.601, Ini Penyebab & Analisanya!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Senin, 27/10/2025 16:30 WIB
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) kembali mencapai level Rp16.600-an pada perdagangan hari ini. Ekonom menyebut pelemahan rupiah terhadap dolar AS karena tekanan eksternal.

Berdasarkan data Refinitiv pada perdagangan Senin (27/10/2025) dolar tercatat ditutup di Rp16.610 per dolar AS atau melemah 0,12% dari posisi penutupan perdagangan terakhir.

Chief Economist BCA David Sumual mengatakan penerapan tarif dagang Amerika Serikat terhadap China yang segera dilakukan menjadi penekan.


Ia juga mengatakan ada faktor dari perubahan bobot MSCI terhadap perhitungan konstituen Bursa Efek Indonesia yang turut menekan mata uang Garuda hari ini.

"Masih terkait isu eksternal. Pasar wait and see kemungkinan penerapan tarif dagang AS dengan China dan isu kemungkinan perubahan bobot MSCI bursa Indonesia," ucapnya kepada CNBC Indonesia pada Senin (27/10/2025).

David mengatakan ke depan pergerakan rupiah terhadap dolar cenderung stabil di posisi Rp16,600 - Rp16,800 per dolar AS.

"Pergerakan rupiah ke depan cenderung stabil 16600-16800," pungkasnya.

Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menjelaskan pelemahan rupiah terjadi wajar karena meningkatnya permintaan dolar secara musiman untuk kebutuhan bayar bunga utang luar negeri maupun impor.

"Saya lihat ini ada permintaan dolar yang memang secara musiman atau secara rutin itu meningkat pada akhir bulan. Biasalah itu untuk kebutuhan bayar bunga utang. Terutama utang luar negeri ya ataupun juga untuk pembayaran impor," kata Myrdal kepada CNBC Indonesia pada Senin (27/10/2025).

Selain itu, adanya aksi ambil untung atau profit taking di SBN sehingga dana asing keluar dari pasar keuangan Indonesia.

"Terutama profit taking di government bond market, sudah kelihatan ya karena yield kita dalam beberapa bulan terakhir kan menurun. Jadi investor asing kelihatannya banyak yang keluar, sambil mereka menunggu nanti yield kita naik lagi," katanya.


(ras/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Anjlok 1,87%, Isu MSCI Jadi Biang Kerok