Kekayaan Prajogo Pangestu Lenyap Rp 126 Triliun Dalam Hitungan Jam
Jakarta, CNBC Indonesia - Harta orang terkaya RI Prajogo Pangestu turun tajam setelah portofolio saham yang dimilikinya kompak ambruk pada perdagangan sesi pertama di Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin (27/10/2025). Tak tanggung-tanggung total kerugian yang ditanggung oleh Prajogo ditaksir mencapai Rp 126 triliun hanya dalam beberapa jam perdagangan bursa.
Sebanyak 6 saham milik Prajogo kompak dibuka di zona merah, dengan tiga di antaranya sempat menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) yakni Barito Renewables Energy (BREN), Chandra Daya Investasi (CDIA) dan Petrosea (PTRO). Lalu ada dua emiten Prajogo lainnya yang nyaris menyentuh ARB yakni Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) dan Barito Pacific (BRPT), sedangkan saham Chandra Asri Pacific (TPIA) tercatat menjadi saham Prajogo palong resilen atau hanya turun kurang dari 1% hari ini.
Ambruknya saham-saham milik Prajogo membuat IHSG sempat anjlok lebih dari 3% dan turun ke bawah level 8.000, bahkan dari titik tertinggi ke terendah perdagangan intraday IHSG sempat berayun nyaris 5%.
Saham-saham milik Prajogo juga masuk dalam 10 emiten yang paling membebani kinerja IHSG hari ini.
Secara spesifik Prajogo memiliki kepemilikan langsung 71,36% di BRPT dengan kerugian pada perdagangan sesi pertama yang ditanggung Prajogo mencapai Rp 30 triliun. Kemudian di TPIA Prajogo memiliki 5,06% saham secara langsung dan 34,63% lewat BRPT dengan total kerugian perdagangan hari ini mencapai Rp 1,29 triliun. Lalu ada CUAN yang 84,97% dimiliki langsung oleh Prajogo dengan nilai total kerugian senilai Rp 20 triliun. Kemudian ada CDIA dan PTRO dengan kerugian yang dirasakan Prajogo masing-masing senilai Rp 2,57 triliun dan Rp 2,89 triliun.
Terakhir ada BREN yang 64,66% sahamnya dimiliki lewat BRPT, dengan kerugian paling jumbo yakni mencapai Rp 69,44 triliun.
Artinya secara total, kerugian Prajogo dalam beberapa jam perdagangan hari ini mencapai Rp 126 triliun. Secara lebih luas, lima saham milik Prajogo membuat kapitalisasi pasar Bursa lenyap Rp 243 triliun dalam hitungan menit.
Redupnya Kilau Saham Prajogo, dan Shifting ke Blue CHip
Ambruknya saham BREN dan emiten lain milik Prajogo terjadi setelah adanya kabar bahwa Morgan Stanley Capital International akan melakukan review khusus untuk saham-saham di Indonesia.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan mengatakan bahwa saham Prajogo ambruk karena isu perubahan perhitungan MSCI tersebut kabarnya akan membuat saham Prajogo terdepak.
"Tapi ya itu issue, real dari MSCI belum keluar, tapi effectnya investor panic selling duluan," katanya kepada CNBC Indonesia, Senin (27/10/2025).
Sebagai informasi MSCI akan mengumumkan indeks terbaru pada 5 November 2025 dan akan berlaku efektif pada 25 November 2025.
Terpisah, Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan bahwa saham konglomerat semakin ditinggalkan, sedangkan yang lain hanya ikut terseret. "Penurunan ini sangat besar dan cepat, mengejutkan karena baru ATH dan sentimen risk on yang kuat di regional maupun global," katanya.
Dia melanjutkan bahwa saat ini ada pergeseran investasi dari saham konglomerat ke emiten-emiten blue chip. Akan tetapi hal ini belum mampu menopang indeks.
Lukman memperkirakan ada kemungkinan besar investor shifting ke indeks regional lainnya. "Tidak sepenuhnya lari, hanya keluar dari saham-saham konglomerat. Ekspektasi meredanya tensi dagang China-AS bisa meredam saham spekulatif dan mendukung saham-saham bluechip yang memiliki fundamental yang jauh lebih baik," katanya.
Sebelumnya, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, investor saham telah beralih dari sebelumnya mengakumulasi saham-saham emiten konglomerat ke saham-saham perusahaan yang berkinerja baik atau saham blue chip.
"Kalau untuk saat ini memang sudah terjadi shifting dari saham-saham konglomerat ke saham-saham blue chip," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (24/10).
(fsd/fsd)