IHSG Melaju Kencang, Analis: Shifting Saham Konglo ke Blue Chip

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
Jumat, 24/10/2025 15:52 WIB
Foto: Pengunjung berbincang dibawah layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (18/3/2025). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Indonesia saat ini sedang melaju kencang di jalur hijau. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat pada perdagangan sesi pertama hari ini Jumat (24/10/2025) dan mencatatkan rekor harga tertinggi (all time high/ATH) baru pada perdagangan intraday.

Adapun pada perdagangan hari ini, IHSG sempat bertengger di posisi tertinggi di 8.351,06 dan membukukan rekor ATH intraday sebelum terpangkas pada penutupan perdagangan sesi pertama yang parkir menguat 0,46% atau naik 38,22 poin ke 8.312,57. Sebelumnya, rekor tertinggi IHSG pada perdagangan intraday adalah 8.292,89 yang disentuh pada perdagangan kemarin.

Sejak awal tahun IHSG telah melesat 17,05% dan dalam enak bulan terakhir melonjak 32,57%.


Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, investor saham telah beralih dari sebelumnya mengakumulasi saham-saham emiten konglomerat ke saham-saham perusahaan yang berkinerja baik atau saham blue chip.

"Kalau untuk saat ini memang sudah terjadi shifting dari saham-saham konglomerat ke saham-saham blue chip," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (24/10).

Menurutnya, performa positif pada IHSG diperkirakan berlangsung pada bulan ini, Oktober 2025 hingga Februari 2026 berdasarkan rata-rata 10 tahun terakhir.

"Sehingga peluang window dressing pada penghujung 2025 maupun January effect pada 2026 terbuka lebar," ucapnya.

Sementara Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, angin segar sejumlah sentimen berhasil membawa IHSG ke puncak tertingginya. Hal ini terlepas dari kebenaran investor yang kembali dipelukan saham blue chip atau tidak.

"Susah diperkirakan apakah investor bakal balik kembali ke saham konglomerat atau tidak, karna saham- saham tersebut cenderung spekulatif. Namun sentimen umum memang sangat positif oleh perkembangan akhir-akhir ini," ungkapnya.

Lukman memaparkan, sentimen positif datang dari kebijakan moneter oleh Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga acuannya. Selain itu, adanya stimulus pemerintah yang dapat berdampak pada saham konsumen goods seperti Unilever.

"Jadi kenaikan tinggi saham Unilever menurut saya wajar saja, menginagt laporan keuangan yang sangat kuat," ucapnya.

Di sisi lain, ada juga datang dari sentimen eksternal yang ditanggapi oleh para investor sebagai hal yang positif. Para investor berharap pada pertemuan Xi dan Trump minggu depan.

Sebagai informasi, saham-saham blue chip dan emiten milik konglomerat masih menjadi motor utama pergerakan indeks hari ini.

Sebanyak 310 saham tercatat mengalami kenaikan, 222 terkoreksi dan 158 lainnya stagnan. Adapun total transaksi tercatat relatif ramai atau mencapai 5,67 triliun yang melibatkan 7,74 miliar saham dalam 704.574 kali transaksi.

Tiga emiten penggerak utama kinerja IHSG hari ini adalah Astra International (ASII), Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan Bank Mandiri (BMRI).

Kenaikan IHSG sendiri tidak terlepas karena kembalinya asing masuk ke pasar. Hal ini turut menjadi penopang kenaikan IHSG. Pada hari kemarin asing mencatat net buy senilai Rp1,08 triliun di seluruh pasar. Hal ini terbagi ke Rp948,92 miliar di pasar reguler dan Rp135,46 miliar di pasar negosiasi tunai.


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Tunggu Hasil RDG BI, IHSG Tancap Gas ke 8.200