IHSG Masih Punya Tenaga, Dibuka Naik 0,25% Pagi Ini

mkh, CNBC Indonesia
24 October 2025 09:01
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka di zona hijau pagi ini, Jumat (24/10/2025). 

Indeks naik 0,25% ke level 8.294,89. Sebanyak 239 saham naik, 75 turun, dan 642 tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 416 miliar yang melibatkan 456,1 juta saham. 

Adapun pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen yang akan menggerakkan pasar hari ini, baik dari dalam ataupun luar negeri. Laporan kinerja keuangan dan kebijakan dalam negeri menjadi salah satu penggerak sentimen yang diharapkan bisa memberi angin segar.

Musim laporan keuangan sudah tiba dan sejumlah perusahaan sudah menyampaikan kinerja mereka untuk kuartal III-2025.

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mencatatkan laba bersih Rp1,2 triliun, meningkat 117% secara tahunan dan 28,5% secara kuartalan. Penjualan bersih mencapai Rp9,4 triliun, tumbuh 12,4% dibandingkan tahun sebelumnya.

Sementara itu, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) membukukan laba bersih Rp1,65 triliun, naik 12,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pendapatan total mencapai Rp32,4 triliun.

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mencatat laba bersih tercatat Rp2,3 triliun, tumbuh 10,6% secara tahunan.

PT Nusantara Sawit Sejahtera Tbk (NSSS) membukukan laba bersih mencapai Rp554,12 miliar, meningkat 309,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Pendapatan tumbuh 56,84% menjadi Rp1,49 triliun. PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) mencatatkan pendapatan Rp5,05 triliun hingga Juni 2025.

Mulai membaiknya kinerja perusahaan di kuartal III-2025 diharapkan bisa menjadi sentiment positif IHSG.

Sementara itu, fokus utama pasar keuangan global pada akhir pekan ini akan tertuju pada satu data yaitu rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan diumumkan hari ini, Jumat.

Data Indeks Harga Konsumen (CPI) ini akan menjadi penentu arah kebijakan Bank Sentral AS, The Fed. Investor tidak hanya akan melihat inflasi utama, tetapi akan membedah angka inflasi inti (Core CPI), yang tidak termasuk harga pangan dan energi.

Angka inti ini dianggap sebagai cerminan terbaik dari tekanan harga yang 'lengket' (sticky inflation), yang menjadi kekhawatiran utama The Fed.

Data ini krusial karena akan menjawab pertanyaan pasar: kapan The Fed akan mulai memangkas suku bunga? Jika data rilis 'panas' dari ekspektasi, harapan pemangkasan bunga bisa pupus, memicu penguatan Dolar AS dan menekan Rupiah.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Tergelincir, Turun 0,32% ke 7.175 Sebelum Libur Panjang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular