Heboh Sumber Air Aqua Dibongkar Dedi Mulyadi, Ini Cerita Pendirinya

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
24 October 2025 07:45
Pekerja memindahkan Galon air mineral dengan alat berat di distributor Aqua di kawasan Jakarta, Selasa (4/6/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Pekerja memindahkan Galon air mineral dengan alat berat di distributor Aqua di kawasan Jakarta, Selasa (4/6/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia — Aqua tengah jadi sorotan setelah video Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengunjungi pabrik air minum dalam kemasan (AMDK) tersebut di Subang. 

Di akun Youtube @KANGDEDIMULYADICHANNEL, Dedi terlihat bertanya kepada salah satu pekerja tentang asal bahan baku air mineral dalam kemasan tersebut.

"Ngambil airnya dari sungai?" kata Dedi. "Airnya dari bawah tanah pak," kata pekerja tersebut.

Dedi kemudian tampak terkejut dan bertanya lagi apakah air yang diproduksi itu dari bawah tanah, bukan air permukaan.

Lalu, ia ingin tahu asal air tanah yang digunakan untuk produksi air mineral. Pekerja perusahaan menjelaskan bahwa air diambil dari dalam tanah lewat sumur bor.

"Dikira oleh saya dari air permukaan. Dari air sungai atau mata air. Berarti kategorinya sumur pompa dalam?" kata Dedi.

Hal tersebut disorot pula oleh anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Gerindra Kawendra Lukistian. Dia menilai isu ini merupakan persoalan serius yang menyangkut kepercayaan publik dan hak konsumen atas informasi yang jujur.

"Temuan bahwa sumber air Aqua di Subang berasal dari sumur bor, bukan mata air pegunungan sebagaimana diklaim, adalah persoalan serius. Konsumen berhak atas informasi yang jujur," kata Kawendra dilansir dari instagramnya, Kamis (23/10/2025).

Pihak manajemen Danone Aqua pun memberikan klarifikasi. Corporate Communication Director Danone Aqua Arif Mujahidin menjelaskan, sumber air yang digunakan pabrik Aqua di Subang memang berasal dari aquifer atau lapisan air tanah di kawasan pegunungan, bukan air permukaan biasa.

"Sebenarnya sumber airnya ada di aquifer tanah area pegunungan. Pengambilannya di pabrik Subang menggunakan pipa untuk memastikan air sumber terjaga dari potensi cemaran selama dialirkan ke proses produksi," kata Arif Mujahidin kepada CNBC Indonesia, Kamis (23/10/2025).

Arif menambahkan, perbedaan lokasi pengambilan air di wilayah pegunungan dan dataran rendah turut memengaruhi karakteristik hidrologi air.

"Yang membedakan karakter hidrologinya, air dari aquifer di wilayah pegunungan beda dengan di wilayah dataran rendah," sebut Arif.

Adapun Aqua menjadi salah satu top of mind masyarakat jika ingin membeli air minum dalam kemasan. Pendirian perusahaan ini memiliki sejarah panjang di dalamnya.

Mengutip Biografiku, perjalanan Tirto dalam menjalani pendidikan semasa sekolahnya tidaklah mudah. Karena di Wonosobo tidak ada SMP maka Tirto Utomo harus bersekolah di Magelang yang berjarak sekitar 60 kilometer, perjalanan itu ditempuh dengan sepeda.

Namun, kehidupan Tirto tergolong lumayan karena orangtuanya pengusaha susu sapi dan pedagang ternak. Lulus SMP Tirto Utomo melanjutkan sekolah ke HBS (sekolah setingkat SMA di zaman Hindia Belanda) di Semarang dan kemudian di Malang. Masa remaja Tirto Utomo dihabiskan di Malang dan di situlah dia bertemu dengan Lisa / Kienke (Kwee Gwat Kien).

Selama dua tahun kuliah di Universitas Gajah Mada yang ada di Surabaya, Tirto sempat mengisi waktu luang sebagai wartawan Jawa Pos dengan tugas khusus meliput berita-berita pengadilan. Namun, karena kuliah tidak menentu, akhirnya Tirto pindah ke Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Di Jakarta sambil kuliah ia bekerja sebagai Pimpinan Redaksi harian Sin Po dan majalah Pantja Warna. Tirto menikah dengan seorang wanita bernama Lisa. Mereka menikah pada 21 Desember 1957 di Malang.

Namun, perjalanan hidup Tirto tak selamanya mulus, musibah datang pada tahun 1959. Tirto diberhentikan sebagai pemimpin redaksi Sin Po. Akibatnya sumber keuangan keluarga menjadi tidak jelas. Namun, akibat peristiwa itulah Tirto Utomo memiliki kemauan yang bulat untuk menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Hukum UI.

Lika liku perjalanan hidup Tirto dilalui dengan penuh perjuangan dengan berbagai peran dan profesi dalam pekerjaan. Hingga pada tahun 1973, bermodal sebesar Rp 150 juta, Tirto bersama adiknya Slamet Utomo, mereka mendirikan pabrik di Bekasi pada tahun 1973 dengan nama PT Golden Mississippi dengan merek produk awalnya bernama Puritas.

Tirto mendirikan pabrik pertama pada tahun 1973 silam di Pondok Ungu, Bekasi. Setahun kemudian, perusahaan Tirto akhirnya mampu memproduksi produk pertama Aqua. Air minum tersebut dikemas dalam bentuk botol kaca berukuran 950 ml. Sebotol AMDK Aqua saat itu dibanderol dengan harga Rp 75.

Lalu, 10 tahun kemudian, Tirto kembali mendirikan pabrik Aqua. Pabrik kedua Aqua itu didirikan di Pandaan, Jawa Timur. Lokasi itu dipilih agar bisa lebih mendekatkan produk Aqua pada konsumen yang berada di sekitar wilayah tersebut.

Pada 1985, akhirnya Aqua mengembangkan bentuk kemasan baru yaitu berbentuk PET (botol plastik) ukuran 220 ml. Transformasi bentuk kemasan ini dianggap lebih berkualitas dan lebih aman untuk dikonsumsi.

Pada 1990, Aqua melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) di bursa saham. Selanjutnya, pada tahun 1998, terbentuk aliansi strategis antara PT Tirta Investama dengan Danone melalui Danone Asia Holding Pte Ltd sebagai minority shareholder.

Maksudnya, mayoritas saham PT Aqua Golden Mississippi diakuisisi oleh perusahaan multinasional asal Prancis, Danone melalui Danone Asia Holding Pte. Meskipun demikian, ketika itu Tirto Utomo sebagai pendiri Aqua masih memegang saham di Aqua lewat PT Tirta Investama.

Kemudian Aqua memutuskan untuk go private secara sukarela. Kala itu manajemen menetapkan harga tender offer sebesar Rp 500.000 per saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perseroan di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (22/9/2010).

Komposisi pemegang saham Aqua saat itu adalah PT Tirta Investama 12.419.090 saham (94,35%) dan publik 743.383 saham (5,65%). Dengan harga sebesar Rp 500.000 per saham, maka total dana yang harus dirogoh Tirta Investama saat itu sebesar Rp 371,691 miliar.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular