Tak Sampai 2 Tahun, Saham Ini Naik 63.000%
Jakarta, CNBC Indonesia — Nama emiten RRP Semiconductor nyaris tak terdengar di pasar India pada tahun lalu. Namun, kini sahamnya telah melonjak hingga puluhan ribu persen beberapa bulan ke belakang.
Melansir India Today, pada awal 2024, saham RPP Semiconductor diperdagangkan di kisaran Rs 15 atau sekitar Rp2.800 (Rp187/Rupee India-Rs), dan diabaikan oleh investor. Namun, pada Oktober 2025 nilainya melonjak menjadi Rs 9.478 atau setara Rp1,77 juta, mencatat kenaikan fantastis lebih dari 63.000%.
Apa yang awalnya tampak sebagai durian runtuh bagi investor, kini berubah menjadi kisah peringatan paling ramai dibicarakan di Dalal Street. Dalam waktu hanya 18 bulan, kapitalisasi pasar RRP melonjak dari nyaris nol menjadi lebih dari Rs 12.750 crore atau sekitar Rp23,8 triliun di Bursa Efek Bombay (BSE).
Lonjakan ini menyita perhatian komunitas investor India, dengan media sosial dan forum daring membahasnya tanpa henti. Investor ritel bahkan menjulukinya sebagai "NVIDIA-nya India", menilai RRP sebagai bintang baru industri semikonduktor.
Namun, tidak semua pihak yakin dengan euforia tersebut. BSE menilai kenaikan harga saham RRP "tidak sejalan dengan kinerja keuangan perusahaan."
Menurut bursa, kenaikan setinggi itu tidak dapat dibenarkan oleh laba maupun performa bisnis perseroan. Untuk menekan spekulasi dan volatilitas ekstrem, BSE pun menempatkan saham RRP dalam pengawasan ketat Enhanced Surveillance Measures (ESM).
Langkah ini mencakup pelarangan perdagangan intraday, kewajiban margin 100%, serta pembatasan pergerakan harga harian hingga 2%. Dengan kata lain, saham RRP praktis "dikunci" dari pergerakan liar di pasar.
COO Tradejini, Trivesh D, menjelaskan kebijakan tersebut bertujuan menekan volatilitas dan memastikan transparansi harga. "Langkah ini membantu penemuan harga yang wajar dan mencegah spekulasi berlebihan," ujarnya.
Ia menambahkan, "Kenaikan harga saham lebih disebabkan oleh likuiditas terbatas dan konsentrasi investor tinggi, bukan karena perubahan fundamental perusahaan." Meski begitu, rumor tetap beredar liar di pasar.
Kabar angin soal alokasi lahan pemerintah, dukungan selebritas, hingga isu bahwa legenda kriket Sachin Tendulkar berinvestasi di RRP merebak luas di media sosial. Perusahaan akhirnya mengeluarkan klarifikasi resmi bahwa Tendulkar "tidak memiliki keterlibatan atau investasi apa pun" dan membantah kabar soal pemberian lahan pemerintah.
Meski klarifikasi telah disampaikan, euforia investor tidak surut. Investor ritel terus masuk, digerakkan oleh rasa takut ketinggalan peluang besar, atau FOMO meski risikonya tinggi.
Di balik sensasi tersebut, data keuangan perusahaan menunjukkan fakta yang lebih sederhana. Penjualan RRP meningkat dari Rs 0,38 crore atau sekitar Rp710 juta menjadi Rs 31,5 crore atau sekitar Rp59 miliar per tahun, dengan laba sekitar Rs 6 crore atau sekitar Rp11,2 miliar - capaian yang tidak sebanding dengan valuasi pasar lebih dari Rp23 triliun.
Analis pun menemukan sejumlah kejanggalan. Kepemilikan pemegang saham utama hanya 1,27%, rasio harga terhadap nilai buku mencapai 700 kali, dan struktur tata kelola perusahaan dinilai lemah.
Pergantian manajemen yang sering, transparansi audit rendah, serta perbedaan antara laba dan pembayaran pajak menjadi tanda bahaya. Beberapa penyelidik independen juga menemukan banyak piutang perusahaan yang belum tertagih selama berbulan-bulan, pola yang sering muncul dalam skema pump and dump.
RRP Semiconductor sendiri berbasis di Maharashtra dan mengklaim menjadi pelopor industri semikonduktor India. Perusahaan ini fokus pada layanan Outsourced Semiconductor Assembly and Test (OSAT), terutama pada teknologi kemasan chip presisi tinggi seperti Quad Flat No-Lead (QFN).
Produk RRP digunakan di berbagai sektor seperti perangkat IoT, otomotif, medis, dan elektronik industri. Perusahaan juga menjadi yang pertama mengekspor semikonduktor kemasan dari India di bawah program India Semiconductor Mission, dengan nilai ekspor mencapai Rs 6,51 crore atau sekitar Rp12,2 miliar ke Eropa.
(mkh/mkh)