
Tak Lagi Pemain Kecil, Bank Korea Makin Agresif di RI

Jakarta, CNBC Indonesia — Tak hanya Jepang, kini Korea Selatan semakin agresif memperluas bisnis di Indonesia. Mereka tidak hanya memperkuat struktur permodalan, tetapi juga aktif menggarap pembiayaan korporasi, ritel, hingga digital banking.
Dalam satu dekade terakhir, sejumlah entitas asal Negeri Ginseng seperti PT Bank KB Indonesia Tbk, PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (BWS), dan PT Bank KEB Hana Indonesia mencatat pertumbuhan dari sisi aset maupun modal inti.
Berdasarkan laporan keuangan per Juni 2025, Bank Woori Saudara (BWS) memiliki ekuitas Rp13,77 triliun dengan modal inti tier 1 terbesar di antara yang lain, sebesar Rp11,43 triliun dan rasio kecukupan modal (CAR) 31,11%. Total aset mencapai Rp58,28 triliun, menempatkannya di posisi dua besar bank asal Korea di Indonesia.
Lalu KEB Hana Indonesia mencatat ekuitas Rp11,75 triliun, terbesar kedua, dengan total aset Rp52,13 triliun.
Sementara itu Bank KB Indonesia memiliki ekuitas Rp8,37 triliun, modal inti tier 1 Rp6,56 triliun. Kendati anak usaha KB Bank ini memiliki ekuitas terbesar ketiga, namun KB Indonesia memiliki total aset terbesar di antara bank asal Korea dengan nilai Rp83,63 triliun.
Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis, menilai perbankan asal Korea tergolong agresif dalam berinvestasi di Indonesia selama 10 tahun terakhir. "Bank asal Korea tidak lagi bisa dipandang sebagai pemain kecil. Mereka kini masuk ke segmen menengah dengan struktur permodalan yang kuat," ujarnya, dikutip Sabtu (18/10/2025).
Azis menambahkan, ekspansi ini juga ditopang oleh strategi efisiensi dan digitalisasi yang konsisten, serta dukungan modal dari induk usaha di Korea. Modal besar menjadi penyangga penting untuk menjaga kesehatan aset di tengah ketidakpastian ekonomi global.
"Ada beberapa faktor individu atau institusi menempatkan dana di suatu bank. Tentunya tingkat kesehatan, modal besar, dan CAR yang besar menjadi salah satu ukuran utama karena dana deposan tersebut sudah terlalu besar sehingga di atas penjaminan LPS," ujarnya.
Kehadiran bank-bank Korea berperan penting dalam mendukung investasi dan perdagangan bilateral Indonesia-Korea, terutama di sektor otomotif, baterai kendaraan listrik, dan manufaktur berteknologi tinggi. Melalui pembiayaan proyek, remitansi, dan trade finance, mereka membantu memperlancar arus modal dan transaksi lintas negara.
Dengan arus investasi Korea yang terus meningkat, ekspansi lembaga keuangan asal Negeri Ginseng diperkirakan masih akan berlanjut. Langkah ini tidak hanya memperkuat struktur perbankan nasional, tetapi juga mempererat hubungan ekonomi dua negara yang kian strategis.
Peneliti Overseas Economic Research Institute Exim Bank of Korea Jihyouk Lee mengatakan, Korea dan Indonesia merupakan dua negara yang memiliki keterkaitan erat satu sama lain. Korea bahkan menjadikan Indonesia sebagai salah satu mitra utama penerima Economic Development Cooperation Fund (EDCF).
Pada 2022-2026, batas atas pinjaman pembangunan dari Official Development Assistance (ODA) Korea ke Indonesia bahkan telah mencapai US$ 1,5 miliar untuk proyek prioritas berupa energi hijau, transformasi digital, serta sektor kesehatan.
Sementara itu, Korea bagi Indonesia, kata Jihyouk menjadi negara yang menyediakan berbagai kebutuhan, seperti teknologi dan modal untuk pengembangan industri manufaktur, serta memperkuat transformasi digital.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 10 Bank Terbesar di RI 2025, Ada yang Asetnya Lompat 16,1%
