
Direktur WIKA Gedung Bicara Solusi Meramaikan Bandara Dhoho Kediri

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk. (WEGE) buka suara mengenai megaproyek besutannya, Bandara Dhoho Kediri. Direktur Operasi I WEGE Bagus Tri Setyana menjelaskan bahwa dari sisi konstruksi, pembangunan Bandara Dhoho menambah reputasi baru.
"Menambah reputasi sebagai building construction yang nomor satu ya. Kita stadion gede sudah [pernah buat], bandara gede lagi tambah yang Kediri," kata Bagus saat media gathering WEGE di Jakarta Pusat, Rabu (15/10/2025).
Selain itu, ia menyebut dari sisi komersil, proyek pembangunan bandara berukuran besar menjadi penyumbang kinerja laba WEGE. Menurut Bagus, kontribusi pembangunan proyek tersebut signifikan pada masanya, yakni sekitar 2022 hingga 2023.
Kemudian dari sisi keuangan, dia menyampaikan pemilik Bandara Dhoho sudah melunasi pembayaran sepenuhnya. Meskipun begitu, Bagus mengakui WEGE ingin melihat proyek mahakarya itu ramai digunakan.
"Kepinginnya dibangun itu nempel terus itu capnya, 'Building by WIKA Gedung' gitu ya. Setiap ada passenger bisa membaca gitu ya. Itu sebagai marketing promosi juga melalui WIKA Gedung. Nah itu yang sisi itu yang kami belum dapatkan di pembangunan Bandara Kediri oleh kami," tuturnya.
Bagus kemudian berharap, dengan kebijakan refocusing anggaran pemerintah saat ini, Bandara Dhoho bakal dapat kembali 'hidup.' Sebab, pemerintahan Presiden RI ke-7, Joko Widodo membidik bandara itu tersebut menjadi pusat bandar udara baru di Jawa Timur. Bahkan, Bandara Dhoho juga diharapkan dapat melayani kargo internasional, debarkasi haji, dan lain sebagainya.
Ia menilai, sepinya bandara itu juga disebabkan oleh tidak adanya kawasan berorientasi transit atau Transit Oriented Development (TOD).
"Nah itu yang belum terjadi. Padahal kalau ada TOD-nya pasti bangunan gedung juga banyak. Ada dormitori haji dan sebagainya," ucap Bagus.
Bagus berharap, pemerintah Presiden Prabowo tidak akan menyia-nyiakan bandar udara berukuran besar itu.
Seperti diketahui, Bandara Dhoho Kediri proyek skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dan masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). Proyek pembangunannya didanai sepenuhnya oleh anak perusahaan PT Gudang Garam Tbk. (GGRM), yakni PT Surya Dhoho Investama dengan nilai investasi Rp 1,82 triliun.
Hanya dalam setahun usai resmi beroperasi, Bandara Dhoho Kediri tidak melayani jadwal penerbangan maskapai mana pun pada Juni hingga Juli 2025. Melansir detikJatim, itu disebabkan oleh kendala internal maskapai Citilink yang mengalami kekurangan armada karena sejumlah pesawat sedang menjalani perawatan. Sementara, Citilink adalah satu-satunya maskapai yang terdaftar sebagai maskapai penerbangan di bandara tersebut.
Dalam pantauan detikcom, kondisi tersebut sepertinya berlanjut hingga sekarang. Berdasarkan unggahan Instagram terakhir Bandara Dhoho pada September lalu, memperlihatkan keadaan bandara yang sepi, berbeda dengan beberapa bulan sebelumnya.
Terpisah, Direktur GGRM, Istata Siddharta mengatakan pihaknya masih memerlukan waktu untuk mengembangkan bandara itu pascaperesmiannya. Ia mengatakan pihaknya sedang memproses bandara tersebut agar bisa meraih kualifikasi internasional.
"Untuk bandara sendiri, seperti kita ketahui, bandara ini juga suatu produk infrastruktur yang cukup besar dan memang memerlukan waktu untuk mendapat traction dan berkembang. Saat ini kami sedang berproses juga untuk memproses bandara ini sesuai dengan perizinan menjadi kualifikasi internasional," ujar Istata saat public expose live 2025 yang diselenggarakan Bursa Efek Indonesia (BEI) secara virtual, Kamis (11/9/2025) lalu.
Setelahnya, ia mengatakan GGRM akan mencoba menghidupkan Bandara Dhoho dalam beberapa tahun ke depan. "Supaya dia tetap hidup dan bisa berkembang," pungkasnya.
(ayh/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Semester I-2025, Laba Adhi Karya (ADHI) Turun 45,2% ke Rp7,54 Miliar
