
IMF Warning Ledakan AI Bisa Picu Era Suku Bunga Ketat

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) menyoroti perkembangan lonjakan investasi di teknologi, khususnya kecerdasan buatan artificial intelligence. IMF pun menyamakan AI seperti ledakan dot-com di akhir 1990-an. IMF pun yakin booming AI ini dapat dapat menimbulkan risiko.
Kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan setelah rilis pembaruan Prospek Ekonomi Dunia bahwa optimisme mendorong investasi teknologi, mengangkat valuasi saham, dan meningkatkan konsumsi melalui keuntungan modal.
"Ini dapat mendorong suku bunga netral riil ke atas. Perkembangan (Booming AI) yang berkelanjutan mungkin memerlukan kebijakan moneter yang lebih ketat seperti pada akhir 1990-an," kata Gourinchas, dikutip dari Blog IMF, Rabu (15/10/2025).
Suku bunga netral riil adalah suku bunga di mana kebijakan moneter tidak merangsang maupun membatasi pertumbuhan ekonomi, sehingga memungkinkan perekonomian tumbuh sesuai potensinya dengan inflasi yang stabil.
Peningkatan suku bunga mungkin terjadi dipicu oleh investasi teknologi, kenaikan valuasi saham dan naiknya konsumsi dari pertumbuhan laba. Di sisi lain, Gourinchas melihat risiko pembalikan pasar keuangan jika harga berubah secara tajam.
"Pasar dapat mengubah harga secara tajam, terutama jika AI gagal membenarkan ekspektasi keuntungan yang tinggi. Itu akan mengurangi kekayaan dan mengekang konsumsi, dengan efek buruk yang berpotensi bergema melalui sistem keuangan," katanya.
Kendati demikian, dalam laporan WEO Oktober 2025, IMF mengakui kecerdasan buatan memicu kembali pertumbuhan produktivitas. Adopsi AI yang lebih cepat dapat membantu menghasilkan peningkatan produktivitas yang kuat seiring perusahaan meningkatkan penggunaan berbagai perangkat berbasis AI yang sedang dikembangkan dan diterapkan dengan kecepatan tinggi.
Hal ini dapat disertai dengan peningkatan dinamisme bisnis jika kebijakan yang tepat diterapkan untuk memungkinkan perusahaan dengan produktivitas tinggi terus tumbuh-dan memungkinkan perusahaan yang tidak produktif keluar dari pasar-mendorong alokasi sumber daya yang efisien yang mendukung pertumbuhan produktivitas agregat.
IMF juga menegaskan keuntungan dari AI dapat jauh melebihi potensi biaya dari dampak buruknya (AI) terhadap ketenagakerjaan, terutama jika pemerintah menerapkan kerangka regulasi yang memadai dan menawarkan program-program pasar tenaga kerja yang mendukung dan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan memperbarui keterampilan pekerja yang berisiko tergusur.
![]() Lonjakan Investasi AI di AS mengingatkan pada ledakan dot-com, dapat menimbulkan risiko. (Dok. IMF) |
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lembaga Asing Ini Menjadi Pemasok Utang Luar Negeri Terbesar RI
