Anak Buah Purbaya Buka Suara Utang RI Kebal dari Tekanan Dolar
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang kerap mengalami tekanan beberapa waktu terakhir tak banyak mempengaruhi lonjakan utang pemerintah, karena utang pemerintah didominasi rupiah.
Berdasarkan publikasi data utang resmi pemerintah per akhir Kuartal II-2025, atau tepatnya Juni 2025, dari nominal utang Rp 9.138,05 triliun, sebanyak Rp 6.554,95 triliun dalam bentuk rupiah, dolar AS hanya setara Rp 1.755,30 triliun, yen Jepang Rp 283,19 triliun, euro Eropa Rp 519,49 triliun, dan dari mata uang lainnya Rp 25,11 triliun.
"Jadi ya kalau kita utangnya banyak dalam valas, dalam foreign currency, tentu kita akan terekspos dengan pergerakan kurs," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Suminto saat taklimat media di Bogor, Jawa Barat, dikutip Senin (13/10/2025).
Secara keseluruhan, utang pemerintah yang berbentuk valuta asing atau valas sebetulnya hanya setara 28,3% dari total. Itu pun turun dari catatan pada 2024 yang sebesar 28,7%. Dibanding periode 2020, proporsi utang dalam bentuk valas bahkan masih jauh lebih tinggi, yakni 33,5%.
Per Juni 2025, proporsi utang pemerintah yang berdenominasi rupiah memang masih mendominasi dengan besaran setara 71,73%, naik dari posisi 2024 sebesar 71,39%. Sementara itu, utang yang bersumber dari mata uang dolar hanya 19,21% menyusut dari 2024 sebesar 20,45%.
Sisanya, yang dalam bentuk mata uang yen hanya 3,10%, naik sedikit dari catatan 2024 sebesar 3,05%. Untuk euro 5,68%, juga naik dari sebelumnya 4,81%, serta mata uang lain yang porsinya 0,27% justru turun dari catatan 2024 sebesar 0,30%.
Karena itu, pemerintah menganggap, komposisi utang yang ada saat ini semakin stabil dalam menghadapi gejolak kurs. Data utang pemerintah per Juni 2025 itu pun tercatat turun dibanding posisi Mei 2025 yang sebesar Rp 9.177,48 triliun.
"Sehingga kalau misalnya terjadi pergerakan kurs, rupiah lagi terdepresiasi, kewajiban kita dalam US dolar secara agregat akan terkelola dengan baik, karena eksposur kita terhadap pergerakan valas hanya 28%," ucap Suminto.
(arj/haa)