Menakar Peluang Tugu (TUGU) di Tengah Konsolidasi 15 Asuransi

Mentari Puspadini, CNBC Indonesia
10 October 2025 13:45
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia — PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) memimpin daftar asuransi umum pelat merah dengan market share terbesar. 

Presiden Direktur Tugu Insurance Adi Pramana mengatakan jika dilihat berdasarkan industri, TUGU menempati posisi ketiga market share di industri, dengan komposisi sebesar 5% dari industri. Sementara di posisi pertama dan kedua ditempati oleh perusahaan swasta, yaitu Asuransi Astra Buana (7,4%) dan Asuransi Sinarmas (7%).

"Kalau kita lihat dari beberapa lini bisnis, kita nomor satu di Marine Haul saat ini, dan juga di Avias kita juga nomor satu. Avias itu ada 16 pemain, kalau Marine Haul ada 50, dan sedangkan di property kita nomor dua dari 71 pemain," ungkap Adi dalam Media Gathering Tugu Insurance di Kepulauan Seribu, Jakarta, Senin, (6/10/2025).

Bila dibandingkan perusahaan pelat merah lain, Tugu Insurance menjadi pemain dengan market share terbesar dengan pendapatan premi Rp5,67 triliun di tahun 2024. Angka ini tak terpaut jauh dari asuransi pelat merah lainnya, yaitu Askrindo yang mengakumulasi premi bruto sebesar Rp5,5 triliun sepanjang tahun 2024.

Melihat hal ini, pengamat asuransi Irvan rahardjo mengatakan TUGU memiliki peluang cukup besar untuk menjadi induk perusahaan asuransi umum pelat merah. Pasalnya, TUGU saat ini memiliki fundamental yang paling bagus dari semua asuransi umum yang berada di bawah payung BUMN.

"Peluang TUGU cukup besar karena sudah menjadi Public Company. Selain itu, IFG saat ini masih menanggung beban polis hasil restrukturisasi Jiwasraya yang belum sepenuhnya selesai dibayar," pungkas Irvan kepada CNBC Indonesia, Rabu, (8/10/2025)

Meski demikian, bila merger berjalan, TUGU dihadapi tantangan di mana beberapa asuransi BUMN masih berada di kondisi yang kurang sehat. Hal ini dikhawatirkan akan ikut mencemari kondisi Tugu Insurance menjadi kurang baik

Di sisi lain, analis PT Trimegah Sekuritas Indonesia Kharel Devin Fielim mengungkapkan apabila merger asuransi ini terjadi, TUGU Insurance diuntungkan. Belajar dari merger bank-bank syariah milik pemerintah, BRI syariah menjadi surviving entity bukan karena BRI Syariah paling besar asetnya, tapi karena BRI Syariah satu-satunya bank syariah milik BUMN yang sudah menjadi perusahaan publik.

"Di antara asuransi milik pemerintah yang ingin merger, TUGU satu-satunya yang listed di Bursa, sehingga kemungkinan besar TUGU yang akan menjadi surviving entity," kata Kharel dalam risetnya beberapa waktu lalu.

Konsolidasi Asuransi BUMN

Diketahui, Danantara tengah berencana untuk mengkonsolidasi dan merampingkan perusahaan asuransi pelat merah dari 15 perusahaan menjadi hanya tiga. Nantinya, tiga perusahaan tersebut akan dibagi masing-masing holding asuransi jiwa, asuransi umum dan reasuransi.

Menanggapi hal ini, Adi menekankan, Tugu Insurance berkomitmen untuk selalu menyampaikan keterbukaan informasi bila ada aksi korporasi yang dilakukan perseroan. Hal ini termasuk rencana proses merger & akuisisi asuransi pelat merah di bawah Danantara.

"Terkait Danantara, kita tetap kordinasi dengan pemegang saham ultimate, karena kita di manajemen bertugas untuk menjaga dan menjadikan perusahaan secara kinerja lebih bagus," kata dia.

Sebelumnya, Managing Director Chief Economist Danantara Reza Yamora Siregar mengatakan sebelum melakukan aksi merger & akuisisi, pihaknya akan melakukan klasterisasi perusahaan asuransi dan reasuransi ke bawah satu payung, yaitu IFG Holding.

"Kalau kami di Danantara, salah satu proses yang akan terjadi, kita akan cluster semua asuransi di bawah satu cluster, yang sekarang ini ada IFG, tapi nggak semua asuransi di bawah IFG. So the first step is actually we are going to put all of them in one cluster," ungkap Reza dalam Dialog Indonesia Re, di Jakarta, Selasa, (30/9/2025).

Setelah melakukan klasterisasi, langkah berikutnya adalah meninjau kembali keseimbangan keuangan BUMN tersebut. Hal ini dibutuhkan untuk melihat perusahaan yang membutuhkan restrukturisasi.

Di tahap akhir, Reza mengatakan, tujuan utama dari Danantara adalah konsolidasi industri. Hal ini dibutuhkan untuk mengoptimalkan kapasitas industri, sekaligus mendukung pemenuhan aturan modal minimum Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

"Di Danantara ada 15 asuransi BUMN, mayoritas tidak beroperasi dengan baik, maka kita butuh lakukan sesuatu. Dari 15 itu kemungkinan kita hanya menyisakan 3, karena kita mau menjaga (pemenuhan) regulasinya OJK," ungkap Reza.

Jika dilihat dari segmen asuransi umum, beberapa asuransi BUMN telah berada di bawah payung Indonesia Financial Group (IFG), diantaranya Askrindo, Jamkrindo, Jasindo, Jasa Raharja, dan ASEI. Selain itu, ada juga asuransi umum yang menjadi anak usaha BUMN, diantaranya PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) dan PLN Insurance.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Indonesia Insurance Summit: Industri Asuransi RI Siap Hadapi Tantangan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular