Harga Emas Cetak Rekor, Waktunya Jual Apa Tambah? Ini Kata Pakar

fsd, CNBC Indonesia
Rabu, 08/10/2025 14:48 WIB
Foto: Brankas emas milik Federal Reserve Bank of New York. (Dok. newyorkfed)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah emas mencapai rekor harga tertinggi dan menembus level psikologis $4.000/ons, aksi ambil untung dan strategi taktis mungkin akan terjadi seiring para pelaku pasar meninjau ulang keberlanjutan reli logam mulia. Namun, apakah menjual di harga rekor menjadi opsi terbaik bagi para investor?

Meski telah mencatatkan reli signifikan tahun ini, sangat mungkin pasar akan terus menolak harga emas mengalami penurunan menurut Ahmad Assiri, ahli strategi Pepperstone, perusahaan broker Australia.


"Menjual emas pada tahap ini bisa jadi berisiko tinggi karena satu alasan sederhana: keyakinan," kata ahli strategi tersebut, dikutip dari The Wall Street Journal, Rabu (8/10/2025).

Dirinya mengungkapkan institusi keuangan besar, bank sentral hingga investor ritel memperlakukan penurunan harga sebagai peluang beli, alih-alih tanda-tanda bahwa aset tersebut sudah overvalue.

Mereka tidak lagi memilih antara aset berisiko dan emas, melainkan menyeimbangkan keduanya di tengah valuasi ekuitas yang tinggi, kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah jangka panjang, dan ketidakpastian tentang keberlanjutan utang AS, tambahnya.

Emas telah berevolusi dari lindung nilai di tengah ketidakpastian menjadi "perdagangan paling aman", yang mencerminkan keraguan tentang kredibilitas kebijakan dan pengambilan keputusan fiskal yang tidak menentu.

Sementara itu, bank raksasa Belanda ING mengungkapkan emas berpotensi naik lebih lanjut, dalam sebuah catatan riset. Menurut mereka ke depannya, bank-bank sentral masih melakukan pembelian, dengan Bank Sentral China (PBOC) memperpanjang rekor pembelian emasnya pada bulan September untuk bulan ke-11 berturut-turut meskipun harga mencapai rekor tertinggi. Perang dagang Presiden Trump yang masih berlanjut dan risiko geopolitik yang masih tetap tinggi, ikut memperparah demam investasi emas. Semua ini menunjukkan bahwa emas masih memiliki ruang untuk menguat, kata ING. 

Kemudian ada juga faktor lain yang ikut mengerek harga emas, yakni dolar AS. Hubungan terbalik emas dengan dolar AS dapat membantu mendorong harga emas batangan dalam beberapa bulan mendatang, menurut analis Commonwealth Bank of Australia (CBA), Vivek Dhar. Meskipun emas berjangka dan dolar AS telah menguat secara bersamaan dalam beberapa hari terakhir, emas dan dolar AS memiliki korelasi negatif yang kuat selama setahun terakhir, ujar Dhar dalam sebuah catatan.

"Ekspektasi kami bahwa dolar AS akan melemah sebesar 4,4% pada akhir kuartal pertama 2026 kemungkinan akan membantu harga emas naik lebih lanjut," ujarnya. CBA memperkirakan harga emas akan naik menjadi $4.500/oz pada kuartal kedua 2026, dan Dhar mengatakan sulit untuk mengidentifikasi faktor-faktor pelemahan yang dapat menekan pasar.


(fsd/fsd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Ray Dalio Ajak Investor Tambah Emas ke Portofolio Hingga 15%