Fakta-Fakta Penyebab Harga Emas Sentuh Rekor Baru

Mentari Puspadini, CNBC Indonesia
08 October 2025 14:21
Brankas emas milik Federal Reserve Bank of New York. (Dok. newyorkfed)
Foto: Brankas emas milik Federal Reserve Bank of New York. (Dok. newyorkfed)

Jakarta, CNBC Indonesia — Harga emas dunia kembali mencetak rekor baru setelah menembus level US$ 4.002,95 atau sekitar Rp 66,4 juta per ons pada Rabu (8/10/2025). Kenaikan ini menandai pencapaian bersejarah bagi logam mulia tersebut, yang terus menunjukkan reli tanpa henti sepanjang tahun ini.

Melansir AFP, Chief Investment Officer Moneyfarm Richard Flax menyebutkan, harga emas telah melonjak lebih dari 50% sejak awal tahun dan hampir 12% hanya dalam bulan September. Ia menilai performa tersebut menjadi salah satu yang terkuat dalam sejarah pergerakan harga emas.

Emas secara tradisional dianggap sebagai aset lindung nilai (safe haven), yang mendorong permintaan di tengah ketegangan geopolitik global. Konflik antara Rusia-Ukraina serta perang Israel-Gaza menjadi pemicu utama meningkatnya minat investor terhadap emas.

Selain itu, kekhawatiran terhadap penutupan sementara pemerintahan AS (government shutdown) dan ekspektasi penurunan suku bunga lanjutan oleh Federal Reserve juga menopang harga emas. Pelemahan dolar AS akibat ekspektasi tersebut semakin memperkuat daya tarik logam mulia ini.

Analis juga menyoroti meningkatnya kekhawatiran terhadap independensi The Fed menyusul kritik Presiden Donald Trump terhadap bank sentral karena dianggap lambat memangkas suku bunga. Ketidakpastian mengenai utang pemerintah di berbagai negara besar serta kebijakan tarif Trump turut menambah dorongan bagi permintaan emas.

Ada yang Borong Emas

Menurut laporan World Gold Council (WGC) pada Juli lalu, permintaan emas global tumbuh 3% secara tahunan pada kuartal II menjadi 1.249 ton. Lonjakan tersebut terjadi di tengah lingkungan geopolitik yang semakin tidak menentu serta momentum kenaikan harga yang kuat.

WGC juga mencatat pembelian emas oleh bank sentral berada pada level yang sangat tinggi karena ketidakpastian ekonomi dan politik global. Selain itu, permintaan emas melalui exchange-traded funds (ETF) di pasar saham juga melonjak tajam.

ETF memungkinkan investor berinvestasi pada emas tanpa harus bertransaksi di pasar berjangka. Flax menambahkan, jika pada awal tahun kenaikan didorong oleh volatilitas akibat tarif dagang, maka momentum terbaru lebih banyak disebabkan oleh sentimen positif dan rekor aliran dana ke ETF berbasis emas.

Meski demikian, WGC menilai harga emas yang tinggi justru menekan permintaan dari sektor perhiasan. Konsumen di beberapa negara utama mulai menahan pembelian di tengah lonjakan harga yang signifikan.

Aset Lain Juga Ikut Terbang

Reli harga emas terjadi seiring dengan kenaikan tajam pada berbagai aset lainnya, termasuk pasar saham global dan bitcoin. Saham di Wall Street, London, dan Tokyo sama-sama mencetak rekor baru dalam beberapa sesi terakhir.

Chris Beauchamp, Chief Market Analyst IG, mengatakan bahwa rekor terbaru bitcoin menunjukkan investor global tengah mencari diversifikasi aset. "Dengan saham juga berada di rekor tertinggi, tampaknya likuiditas di pasar keuangan saat ini masih sangat melimpah," ujarnya.

Bitcoin bahkan menembus level US$126.000 untuk pertama kalinya pada Selasa lalu. Lonjakan tersebut menandakan bahwa tren pengalihan dana ke aset alternatif seperti emas dan kripto masih terus berlanjut di tengah ketidakpastian global.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investasi Emas Jadi Solusi Cerdas Masa Depan Finansial

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular