Saham Garuda (GIAA) Terbang Usai Disuntik Rp30 T Oleh Danantara
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten maskapai nasional RI, Garuda Indonesia (GIAA), melesat hingga menyentuh batas auto rejection atas (ARA) pada perdagangan hari ini, Rabu (8/10/2025). Saham GIAA yang diperdagangkan di papan pemantauan khusus naik 9,06% ke Rp 96 per saham.
Adapun total transaksi saham GIAA hari ini mencapai Rp 38,05 miliar yang melibatkan 396 juta saham. Dalam dua hari perdagangan saham GIAA tercatat naik 20%, dalam sebulan terakhir menguat nyaris 40% dan sejak awal tahun melesat 74%.
Ini merupakan hari kedua berturut-turut saham GIAA mengalami ARA setelah diumumkannya aksi korporasi penambahan modal lewat skema private placement yang mana Danantara akan menyuntikkan dana hingga Rp 30 triliun, termasuk di dalamnya konversi utang menjadi saham.
Suntikan Modal Jumbo Danantara
PT Danantara Asset Management (Persero) atau DAM akan melakukan penyetoran modal secara tunai kepada Garuda senilai US$ 1.441.320.636, yang akan dilakukan melalui pengambilan bagian atas saham yang diterbitkan dalam PMTHMETD.
Kemudian utang senilai US$ 405 juta akan dikonversi menjadi saham. Adapun utang yang dimaksud tertuang dalam Perjanjian Pinjaman Pemegang Saham antara Perseroan sebagai debitur, DAM sebagai kreditur, dan Citilink sebagai obligor tanggal 24 Juni 2025.
Dengan demikian total dana private placement mencapai US$ 1,84 miliar atau setara Rp 30,5 triliun (asumsi kurs Rp 16.500/US$).
Dari total Rp30,5 triliun dana hasil private placement, Garuda akan mengalokasikan sebagian besar untuk penguatan operasional dan modal kerja Citilink, perawatan armada, hingga ekspansi pesawat. Langkah ini menjadi bagian penting dalam restrukturisasi keuangan dan pemulihan kinerja Garuda Group.
Rincian penggunaan dana tersebut antara lain, sebesar 29% digunakan untuk pembiayaan modal kerja dan operasional, yang meliputi pembayaran biaya perawatan dan perbaikan pesawat.
Lalu, sebesar 37% digunakan untuk melakukan peningkatan modal pada Citilink dalam rangka pembiayaan modal kerja dan operasional Citilink, yang meliputi pembayaran biaya perawatan dan perbaikan pesawat.
Kemudian, sebesar 22% digunakan untuk melakukan ekspansi armada Perseroan dan Citilink. Sisanya, sebesar 12% digunakan untuk melakukan peningkatan modal pada Citilink, yang akan digunakan untuk melakukan pembayaran atas utang pembelian bahan bakar pesawat Citilink dari Pertamina periode 2019 hingga 2021.
Sebagai informasi, manajemen Garuda menjelaskan, alasan dilakukan aksi korporasi tersebut karena, meski GIAA berhasil menurunkan nilai utang dan memperbaiki nilai ekuitas usai restrukturisasi penyelamatan yang telah dilakukan pada 2022, masih terdapat beberapa kondisi yang menghambat transformasi untuk menjadi perusahaan yang sehat.
(fsd/fsd)