
IHSG OTW Happy Weekend Digendong Saham-saham Konglomerat

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,26% atau menguat 21,02 poin ke level 8.092,10 pada akhir perdagangan sesi pertama hari ini, Jumat (3/10/2025).
Sebanyak 244 saham naik, 407 turun dan 145 tidak bergerak. Nilai transaksi tergolong ramai atau mencapai Rp 13,56, yang melibatkan 25,81 miliar saham dalam 1,57 juta kali transaksi.
Mayoritas sektor perdagangan parkir di zona hijau dengan penguatan terbesar dicatatkan oleh utilitas dan konsumer primer. Sementara sektor kesehatan, finansial dan properti menjadi sektor yang tertekan hari ini.
Saham-saham konglomerat tercatat menjadi penggerak utama kinerja IHSG hari ini. Tercatat saham yang terafiliasi dengan konglomerat Hapsoro, suami dari ketua DPR RI Puan Maharani, ramai-ramai melesat dengan saham BUVA, CBRE hingga PSKT tercatat menyentuh batas auto rejection atas (ARA).
Saham emiten energi baru terbarukan milik Prajogo Pangestu (BREN) tercatat menjadi penggerak utama kinerja IHSG hari ini dengan sumbangsih 10,48 indeks poin. Lalu ada juga emiten teknologi Grup Lippo (MLPT) yang berkontribusi 7,21 poin.
Sejumlah saham lain yang ikut menjadi penggerak IHSG hari ini termasuk ASII, GOTO dam PTRO.
Pasar keuangan diperkirakan masih akan cukup volatile, dengan pasar saham keuangan sepi sentimen terutama untuk rilis data-data ekonomi.
Sepinya sentimen bisa berdampak kurang menariknya pasar saham Tanah Air hari ini. Namun, terdapat bayang-bayang "Bear Killer" pada bulan ini yang menjadi antusiasme para pelaku pasar.
Secara historis, Oktober memang sering menjadi titik balik di mana pasar saham mulai menunjukkan kekuatannya kembali setelah melewati periode September yang secara statistik seringkali negatif. Akan tetapi, bulan kesepuluh ini seringkali dianggap sebagai "Bear Killer" atau pembunuh tren pasar yang sedang lesu (bearish).
Memasuki Oktober 2025, teori ini kembali diuji di tengah kondisi yang penuh ketidakpastian. Meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menunjukkan performa "September Ceria" tahun ini dan ditutup di level kuat 8.061, pasar kini dibayangi oleh awan kelabu dari Amerika Serikat: government shutdown yang berpotensi melumpuhkan data ekonomi global.
Seperti diketahui, September 2025, IHSG mampu mencatatkan penguatan sebesar 2,94% dengan mendarat di level 8.061,06 hingga 30 September 2025. Penguatan ini menjadi anomali.
September biasanya dikenal dengan bulan koreksi perdagangan pasar saham, akan tetapi tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang dominan mengalami penurunan. Dalam Sembilan tahun sebelumnya, hanya dua kali IHSG di September berakhir hijau dan selebihnya merah,
IHSG berhasil reli kembali pada September dengan kenaikan mencapai 2,94% yang lagi-lagi didorong oleh pemangkasan suku bunga BI menjadi 4,75% dan gebrakan baru dari Menteri Keuangan Purbaya. Di antaranya pemberian likuiditas terhadap bank Himbara, tidak adanya kenaikan tarif cukai tembakau (CHT) untuk 2026, kucuran stimulus ekonomi hingga inspeksi langsung ke kantor bank-bank BUMN.
Dalam perdagangan 2 hari di bulan Oktober, IHSG masih mampu mencatatkan penguatan 0,12% di level 8.071,08 per Kamis (2/10/2025).
Dalam 10 tahun terakhir, IHSG cenderung menguat, hanya melemah dua kali pada 2018 dan 2023.
Secara statistik, reputasi Oktober sebagai bulan yang cenderung positif bagi pasar saham Indonesia memang memiliki dasar yang kuat.
Sementara itu, pasar saham Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan Jumat (2/10/2025). Hal ini mengikuti tren positif dari Wall Street.
Investor cenderung mengabaikan penutupan sementara pemerintahan Amerika Serikat, meski masih menunggu berapa lama kondisi itu akan berlangsung untuk menilai dampak ekonominya.
Secara historis, penutupan pemerintahan AS tidak berdampak signifikan terhadap pasar keuangan global. Namun, ketidakpastian durasi shutdown tetap menjadi perhatian pelaku pasar.
Indeks Nikkei 225 dibuka menguat 0,42%, sedangkan Topix naik 0,35%. Sementara itu, indeks S&P/ASX 200 Australia justru melemah 0,17% pada awal perdagangan.
Di Hong Kong, Hang Seng Index diproyeksikan dibuka melemah tipis setelah kontrak berjangkanya diperdagangkan di 27.273, dibandingkan penutupan sebelumnya 27.287,12. Sementara itu, pasar saham China dan Korea Selatan libur karena hari raya.
Dari Amerika Serikat, indeks berjangka bergerak datar pada jam perdagangan Asia setelah tiga indeks utama ditutup di rekor tertinggi. S&P 500 naik tipis 0,06%, Dow Jones menambahkan lebih dari 78 poin atau 0,2%, dan Nasdaq menguat 0,4% berkat lonjakan saham Nvidia sebesar 0,9%.
Kenaikan Nvidia membawa saham tersebut ke level tertinggi sepanjang masa, diikuti penguatan saham chipmaker lain seperti Intel dan AMD yang masing-masing naik lebih dari 3%. Sentimen positif ini mendukung reli sektor teknologi di Wall Street.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Sesi I Naik 0,87%, Saham Konglomerat Pesta
