
IHSG Kembali ke Zona Hijau, Ditutup naik 0,34% Hari Ini

Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ke zona positif setelah dua hari berturut-turut mengalami koreksi. Indeks ditutup naik 0,34% atau 27,26 poin ke level 8.071,08 pada perdagangan hari ini, Kamis (2/10/2025).
Sebanyak 339 saham naik, 356 turun, dan 261 tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 26,52 triliun, melibatkan 41,94 miliar saham dalam 2,59 juta kali transaksi.
Mengutip Refinitiv, properti, teknologi, dan industri menjadi sektor yang naik paling kencang. Properti naik 2,51%, teknologi 1,69%, dan industri 1,01%.
Sementara itu, Telkom Indonesia (TLKM) menjadi penggerak utama dengan kontribusi 8,02 indeks poin. TLKM mencatat kenaikan 2,29% ke level 3.130.
Kemudian Multipolar Technology (MLPT) menyumbang 6,55 indeks poin. MLPT naik 9,9% hari ini ke level 163.000.
Pergerakan IHSG hari ini selaras dengan pasar Asia-Pasifik. Kospi di Korea Selatan naik 3% dan menyentuh rekor harga tertinggi sepanjang masa, ditopang oleh Samsung dan SK Hynix. Kosdaq naik 1,05% ke level 854,25.
Di Jepang, Nikkei naik 0,87% ke level 44.936,73, sedangkan Topix turun 0,24% menjadi 3.087,4
Adapun pergerakan positif IHSG hari ini seiring dengan banyak kabar positif baik dari dalam dan luar negeri mampu mendorong investor asing kembali ke emerging market salah satunya Indonesia.
Sejumlah kabar lain yang ikut menjadi sentimen perdagangan hari ini termasuk aktivitas manufaktur dan inflasi RI hingga shutdown pemerintah Amerika Serikat (AS).
Aktivitas manufaktur Indonesia masih berada di zona ekspansi di September meskipun sangat tipis
Data Purchasing Managers' Index (PMI) yang dirilis S&P Global pada Rabu (1/10/2025) menunjukkan PMI manufaktur Indonesia ada di 50,4 di September atau turun dibandingkan 51,5 pada Agustus 2025. Meski turun PMI masih berada di zona ekspansi selama dua bulan beruntun.
Kemudian, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kembali terjadinya tekanan inflasi pada September 2025 sebesar 0,21% dari bulan sebelumnya deflasi 0,08%.
Tekanan harga pada bulan itu utamanya disebabkan kenaikan harga untuk kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami tekanan inflasi 0,38% (mtm) dengan andil menjadi yang terbesar yakni 0,11%.
Lalu Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat nilai surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$ 5,49 miliar pada Agustus 2025.
Surplus ini didapat dari ekspor sebesar US$ 24,96 miliar dan impor US$ 19,43 miliar. Posisi ekspor masih lebih tinggi dibandingkan impor pada Agustus 2025. Ini adalah surplus 64 bulan beruntun sejak tahun 2020.
Surplus US$ 5,49 miliar artinya neraca perdagangan Indonesia telah surplus 64 bulan beruntun sejak Mei 2020. Surplus pada Agustus ini ditopang oleh surplus nonmigas US$ 7,15 miliar.
Adapun dari ranah global, pemerintah Amerika Serikat (AS) resmi mengalami government shutdown pada Rabu (1/10/2025) pukul 00:00 waktu setempat. Hal ini terjadi setelah Kongres gagal mencapai kesepakatan pendanaan.
Kebuntuan politik antara pemerintahan yang dipimpin Donald Trump dari Partai Republik ini dengan oposisi dari Demokrat membuat anggaran sementara yang diajukan tidak dapat lolos.
Shutdown kali ini menjadi yang keempat selama Trump memimpin dalam dua periode dan yang pertama sejak 2018, dengan potensi menimbulkan dampak yang cukup signifikan pada perekonomian AS.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Merah! Pasar Cemas Deflasi dan Data Ekonomi
