Rupiah Kembali Menguat, Dolar AS Dibuka Turun ke Rp16.650
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah dibuka menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) seiring berkembangnya kemungkinan penutupan pemerintah AS.
Merujuk data Refinitiv, pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (30/9/2025), rupiah terapresiasi 0,09% ke level Rp16.650/US$, setelah kemarin Senin (29/9/2025) turut ditutup menguat 0,36% ke posisi Rp16.665/US$.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) per pukul 09.00 WIB terpantau mengalami penguatan 0,09% di level 97,99, setelah pada penutupan perdagangan Senin (29/9/2025), DXY melemah 0,25%.
Pergerakan rupiah hari ini, Selasa (30/9/2025), masih akan dipengaruhi oleh sentimen global khususnya dari Negeri Paman Sam.
Pelaku pasar tengah menyoroti adanya peningkatan akan kemungkinan government shutdown di AS.
Pendanaan untuk pemerintah AS akan dihentikan kecuali Partai Republik Presiden Donald Trump dapat bersepakat dengan oposisi dari Partai Demokrat mengenai langkah selanjutnya dalam RUU anggaran.
Jika pendanaan pemerintah AS tidak disepakati, maka rilis data ekonomi AS seperti laporan ketenagakerjaan di akhir pekan ini bisa tertunda. Kondisi ini yang membuat ketidakpastian karena The Fed akan kehilangan salah satu acuan utamanya dalam merumuskan kebijakan moneter mereka.
Namun demikian, arah rupiah tidak sepenuhnya akan konsisten menguat. Faktor ketidakpastian seputar politik fiskal AS bisa sewaktu-waktu memicu kembalinya volatilitas. Apalagi, jika shutdown berlangsung lama, risiko terhadap pertumbuhan ekonomi AS meningkat dan pasar keuangan global bisa kembali dilanda gejolak.
Rully Arya Wibisono, Ekonom Mirae Asset Sekuritas, menilai sentimen global masih akan membuat rupiah rentan bergerak fluktuatif.
"Meredanya tekanan terhadap Rupiah ini menurut kami belum akan konsisten berlanjut dalam jangka pendek. Salah satu faktor global yang akan berpengaruh adalah seberapa agresif penurunan suku bunga yang dilakukan oleh the Fed. Hal ini akan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi AS dan apabila data ekonomi AS terus memburuk maka hal ini akan positif terhadap Rupiah, dan begitu pula sebaliknya. Kecenderungan sentimen global yang cepat berubah saat ini akan menyebabkan Rupiah masih rentang bergerak fluktuatif," tulisnya.
(evw/evw)