Rupiah Balik Menguat, Dolar AS Turun ke Rp16.570

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
Selasa, 23/09/2025 09:03 WIB
Foto: Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah dibuka menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (23/9/2025).

Melansir data Refinitiv, mata uang garuda dibuka menguat0,18% ke level Rp16.570/US$. Sebelumnya, pada perdagangan kemarin Senin (22/9/2025), rupiah terdepresiasi 0,09% di posisi Rp16.600/US$.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 09.00 WIB terpantau melemah 0,14% di level 97,209, Setelah pada perdagangan kemarin, DXY ditutup melemah 0,31% di level 97,341. Pelemahan tersebut sekaligus mematahkan tren penguatan DXY dalam tiga hari beruntun.


Pergerakan rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini, Selasa (23/9/2025) diperkirakan masih akan dipengaruhi oleh dinamika indeks dolar AS.

Setelah sempat menguat pasca keputusan The Fed memangkas suku bunga pekan lalu, momentum penguatan dolar mulai melambat. Kondisi ini membuka peluang bagi rupiah untuk sedikit bernapas, seiring dengan pelemahan dolar terhadap sejumlah mata uang utama.

Gubernur baru The Fed, Stephen Miran, cenderung dovish dan menilai suku bunga ideal seharusnya berada di kisaran 2-2,5%, bahkan sempat mengusulkan pemangkasan lebih agresif. Namun, Presiden The Fed St. Louis, Alberto Musalem, lebih berhati-hati dengan alasan inflasi masih di atas target 2%.Perbedaan pandangan ini menimbulkan ketidakpastian di pasar, sehingga investor cenderung wait and see.

Dari dalam negeri, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menegaskan bahwa pelemahan rupiah bukan hanya dipengaruhi faktor eksternal, tetapi juga sentimen domestik.

Namun, Perry tetap meyakini ke depannya rupiah akan kembali stabil dan cenderung menguat terhadap dolar AS.

"Tren nilai tukar rupiah akan bergerak stabil dan cenderung menguat sejalan dengan komitmen BI dalam menjaga stabilitas rupiah , imbal hasil menarik, inflasi rendah dan prospek ekonomi yang baik," pungkasnya.

BI juga terus melakukan langkah stabilisasi melalui intervensi di pasar valas, baik spot, DNDF, maupun pembelian SBN di pasar sekunder.


(evw/evw)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Rupiah Sempat Anjlok ke Rp16.600 per Dolar AS, Apa Sebabnya?