Bantu Ekonomi Bangkit, BI Rate Sudah Turun 5 Kali Tahun Ini!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
17 September 2025 15:04
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo saat menyampaikan Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan Maret 2025. (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo saat menyampaikan Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan Maret 2025. (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) kian agresif menurunkan suku bunga acuannya. Sepanjang tahun ini saja, sudah lima kali suku bunga BI Rate turun untuk mendukung pertumbuhan ekonomi lebih kencang.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengumumkan, hasil rapat dewan gubernur per September 2025, suku bunga BI Rate diputuskan kembali turun 25 basis points (bps) menjadi 4,75%.

Sebelumnya, BI sudah memangkas suku bunga masing-masing 25 bps Januari, Mei, Juli, dan Agustus 2025, dari level 6,0% pada Desember 2024 menjadi 5,0% per Agustus 2025.

"Keputusan ini sejalan dengan upaya bersama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menjaga tetap rendahnya prakiraan inflasi 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5±1% dan stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya," kata Perry saat konferensi pers hasil rapat dewan gubernur BI secara daring, Rabu (17/9/2025).

Ke depan, Dewan Gubernur BI juga masih akan terus mencermati prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi dalam memanfaatkan ruang penurunan suku bunga BI-Rate dengan mempertimbangkan stabilitas nilai tukar Rupiah.

"Sejalan dengan itu, ekspansi likuiditas moneter dan kebijakan makroprudensial longgar terus diperkuat untuk menurunkan suku bunga, meningkatkan likuiditas, dan mendorong kredit/pembiayaan bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi," tutur Perry.

Penting dicatat, dengan penurunan suku bunga yang kembali dilakukan pada September 2025 ini, BI sudah memangkas suku bunga sebesar 125 bps sepanjang tahun ini. Pemangkasan ini adalah yang paling agresif sejak Krisis Pandemi Covid-19.

Pemangkasan sebesar 100 bps dalam satu tahun apalagi hanya dalam delapan bulan jarang dilakukan BI.

Dalam 15 tahun terakhir (2011-2025), BI hanya pernah memangkas suku bunga sebesar 100 bps hingga Agustus (delapan bulan pertama), yakni pada 2016, 2020, dan tahun ini.
Langkah agresif ini hanya kalah dari pemangkasan suku bunga sebesar 275 bps selama delapan bulan pertama pada 2009.

Kebijakan agresif ini bermuara pada satu hal yakni urgensi untuk mendongkrak pertumbuhan.

Pada 2016, BI secara agresif menurunkan suku bunga karena inflasi rendah, rupiah yang menguat tetapi di sisi lain ekonomi lesu.

Ekonomi Indonesia sudah menukik tajam sejak akhir 2015 dan pada kuartal III-2015 hanya tumbuh 4,74% (year on year/yoy) dari level 5-6% pada kuartal-kuartal sebelumnya.

Ekonomi masih melandai dan hanya berkutat di kisaran 4,9% pada kuartal I-2016. BI pun kemudian memangkas suku bunga.

Pada 2020, kebijakan dovish jelas diperlukan karena ekonomi dunia dan Indonesia menghadapi resesi setelah pandemi Covid-19 menghantam.

Tahun ini, Indonesia juga tengah dihadapkan pada kebutuhan akan pertumbuhan ekonomi tinggi setelah ekonomi mandeg.

Ekonomi Indonesia memang tumbuh 5,12% (yoy) pada kuartal II-2025, tertinggi dua tahun. Namun, sejumlah indicator menunjukkan ekonomi Indonesia masih lesu.


(arj/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 5 Ekonom Soroti Keputusan BI Pangkas Suku Bunga, Sudah Tepat?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular