
BI Rate Sudah Turun Jadi 5%, Bank Genjot Dana Murah & Dorong Kredit

Jakarta, CNBC Indonesia — Langkah Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan sebesar 100 basis poin menjadi 5% sepanjang tahun ini merupakan langkah akomodatif bagi industri perbankan untuk menekan biaya dana.
Seiring dengan hal tersebut, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memangkas tingkat bunga penjaminan (TBP) simpanan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75% untuk simpanan rupiah di bank umum.
Sementara TBP untuk tabungan berdenominasi valuta asing (valas) di bank umum ditahan pada level 2,25%. Lalu TBP bank perekonomian rakyat (BPR) dipangkas 25 bps menjadi 6,25%. Kebijakan ini berlaku mulai 28 Agustus 2025 hingga 30 September 2025.
Analis Ajaib Sekuritas, Rizal Rafly mengatakan penurunan BI rate akan berdampak terhadap penurunan bunga simpanan dan suku bunga pinjaman yang lebih kompetitif, jika dimanfaatkan optimal baik oleh bank besar maupun bank kecil.
"Tren penurunan suku bunga sangat menguntungkan bank dengan base funding yang sehat dan fleksibel. Ini bisa dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan kredit berkualitas tanpa harus mengorbankan margin," katanya, Kamis (4/9/2025).
Berdasarkan data BI, harga pokok dana untuk kredit (HPDK) atau cost of fund relatif stabil pada Juni 2025 dibandingkan bulan sebelumnya di level 3,64%. Hal ini utamanya pada kelompok BUMN dan bank swasta yang masih bertahan sebesar 3,56% dan 3,58%.
Sementara itu, PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk melaporkan beban bunga atas liabilitas perusahaan, khususnya dari pos pinjaman yang diterima, turun signifikan secara tahunan.
Rata-rata bunga efektif atas pinjaman dalam mata uang Rupiah tercatat sebesar 8,09%, turun dibandingkan 8,58% paada akhir tahun lalu. Adapun rata-rata bunga atas pinjaman dalam mata uang asing tercatat 5,36%, juga turun dari posisi 6,18% dibandingkan akhir tahun lalu.
Secara keseluruhan, bank membukukan laba operasional sebelum pencadangan atau Pre-Provision Operating Profit (PPOP) sebesar Rp240,85 miliar per Juni 2025. Meski laba bersih mengalami tekanan akibat pencadangan naik, struktur biaya dana berpotensi menopang pemulihan kinerja pada semester II.
Terpisah, Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri Novita Widya Anggraini, menyatakan bahwa penyesuaian BI Rate menjadi sinyal positif. "Kami di Bank Mandiri siap memperkuat sinergi dengan otoritas moneter melalui pertumbuhan kredit yang sehat, terukur, dan berpihak pada kebutuhan masyarakat maupun pelaku usaha. Hal ini mencerminkan komitmen kami untuk terus mendukung perekonomian nasional," ungkap Novita dalam keterangan resminya, Selasa (26/8).
Penurunan BI Rate 25 bps diperkirakan menurunkan yield kredit sekitar 10-15 bps di level portofolio. Pun, dampaknya terhadap pendapatan bunga relatif minimal dan dapat dikelola melalui strategi peningkatan porsi kredit ritel dan UMKM sekaligus menjaga keseimbangan portofolio wholesale.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Gloomy, Risiko Kredit di Depan Mata, Bank-Bank Lakukan Ini
