Breaking! IHSG Dibuka Ambruk 3% Lebih
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan dibuka ambruk hingga 2,69% atau turun 210,39 poin ke 7.620,10 pada pembukaan perdagangan Senin (1/9/2025) menyusul aksi demo yang telah berlangsung sejak pekan lalu.
Selang beberapa menit setelah pembukaan IHSG terkoreksi semakin dalam atau anjlok hingga 3,51%.
Nilai transaksi saham pagi ini tercatat mencapai Rp 970,79 miliar yang melibatkan 954 juta saham dalam 76.012 kali transaksi.
Nyaris seluruh saham bergerak di zona merah dengan hanya sebanyak 12 saham menguat, 580 melemah dan 44 lainnya tidak bergerak atau stagnan.
Pagi ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengundang para jurnalis untuk bertemu dengan manajemen BEI di tengah aksi demonstrasi hari ini, Senin, 1 September 2025. BEI menegaskan perdagangan bursa tetap dibuka dan berjalan seperti biasa
Agenda ini rencananya juga menghadirkan Menteri Koordinator bidang Perekonomian, perwakilan Bank Indonesia, dan perwakilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Sementara itu, pasar Asia-Pasifik sebagian besar melemah pada pembukaan perdagangan Senin (1/9/2025) karena investor menilai putusan pengadilan banding federal AS yang menyatakan bahwa sebagian besar "tarif timbal balik" Presiden AS Donald Trump adalah ilegal.
Di Jepang, Nikkei 225 turun 0,92% sementara indeks Topix yang lebih luas stagnan. Di Korea Selatan, indeks Kospi turun 0,85%, sementara indeks Kosdaq berkapitalisasi kecil turun 0,74%. Sementara Indeks acuan S&P/ASX 200 Australia melemah 0,17%.
Dari Wall Street, saham-saham juga tercatat anjlok pada hari Jumat karena data inflasi terbaru menunjukkan kenaikan harga masih menjadi risiko.
Indeks S&P 500 mengakhiri perdagangan 0,64% lebih rendah di level 6.460,26, tetapi masih mencatat kenaikan bulan keempat berturut-turut. Nasdaq Composite turun 1,15% menjadi 21.455,55, sementara Dow Jones Industrial Average turun 92,02 poin, atau 0,20%, menjadi 45.544,88.
Indonesia bersiap menghadapi dampak buruk dari aksi demonstrasi hingga penjarahan yang berlangsung pekan lalu. Kekhawatiran juga membayangi perdagangan hari ini di tengah seruan aksi demi kembali pada 1-5 September 2025.
Demo yang terjadi pekan lalu terbilang cukup anarkis dibandingkan demo-demo yang terjadi sepanjang tahun ini.
Masa mulai membakar kantor pos polisi, halte TransJakarta, Gedung DPRD, rumah dinas dan bahkan melakukan penjarahan di kediaman beberapa anggota DPR hingga menteri keuangan.
Meskipun hari ini terdapat data-data ekonomi, sentimen demo lebih memiliki dampak besar terhadap pergerakan negatif pasar keuangan hari ini.
Kekhawatiran mengenai aksi yang lebih buruk lagi dalam demo lanjutan pekan ini mulai dari 1 hingga 5 September 2025, dapat mendorong larinya aliran dana asing terutama di pasar saham.
Aksi unjuk rasa serentak dijadwalkan sejumlah elemen masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia pada Senin 1 September 2025.
Selain demo, terdapat rilis data ekonomi pada Senin (1/9/2025) yang akan menentukan arah bursa saham hingga rupiah, salah satunya Indeks Manufaktur PMI Indonesia.
S&P Global akan merilis Data Purchasing Managers' Index (PMI) periode Agustus 2025. Sebelumnya, aktivitas manufaktur Indonesia masih terkontraksi pada Juli 2025. Artinya PMI sudah terkontraksi selama empat bulan beruntun.
Sebelumnya, PMI sudah terkontraksi sebesar 46,7 di April, kemudian 47,4 di Mei, berlanjut di Juni (46,9), dan Juli (49,2).
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.
(fsd/fsd)