BI Rate Udah Turun 4 Kali, Bunga Kredit Gak Ikut, Bankir Buka Suara

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
25 August 2025 18:25
Ilustrasi kartu kredit (Freepik)
Foto: Ilustrasi kartu kredit (Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) kembali menyentil industri perbankan yang lambat menurunkan suku bunga kredit, meski suku bunga acuan BI Rate telah dipangkas sebanyak empat kali tahun ini. Per Juli 2025, suku bunga kredit berada di posisi 9,16%, tidak bergerak dari bulan sebelumnya, dan hanya turun sedikit dari posisi awal tahun sebesar 9,20%.

Para bankir mengungkapkan sejumlah alasan yang di belakangnya. Mereka kompak mengatakan adanya tantangan pada biaya pendanaan alias cost of fund (CoF) dan pertimbangan risiko kredit.

Presiden Direktur CIMB Niaga (BNGA) Lani Darmawan mengatakan suku bunga kredit tidak bisa langsung turun mengikuti penurunan BI Rate. Menurutnya, penurunan bunga kredit cenderung mengikuti penurunan CoF.

Namun, kata Lani, penurunan BI Rate diharapkan dapat menurunkan suku bunga dana pihak ketiga (DPK). Sehingga CoF bisa turun dan kemudian bunga kredit bertahap turun.

"Selama kenaikan CoF, bunga kredit relatif tidak naik. Terlihat dari tergerusnya margin atau NIM (margin bunga bersih) perbankan," kata Lani saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (25/8/2025).

Presiden Direktur Maybank Indonesia (BNII), Steffano Ridwan mengatakan hal yang serupa. Ia menyebut penurunan bunga kredit perlu didahului dengan bunga deposito.

"Penurunan suku bunga kredit akan mengikuti penurunan suku bunga deposito dulu. Kami sendiri sudah mulai menurunkan suku bunga deposito secara bertahap agar nanti bisa mulai menurunkan suku bunga kredit," terang Steffano saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (25/8/2025).

Senada, Direktur Kepatuhan OK Bank (DNAR) mengatakan pihaknya harus mempertimbangkan CoF, dalam penurunan bunga kredit.

"Jika penurunan BI Rate juga diikuti penurunan CoF, maka bunga kredit juga akan turun. Penurunan suku bunga oleh Bank tentunya akan memperhatikan kondisi internal bank serta kesehatan portofolio kredit," katanya saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (25/8/2025).

Selain itu, ia juga menyebut ada pertimbangan likuiditas, risiko kredit, dan profit margin (NIM).

Terkait risiko kredit, Direktur Risiko, Legal, dan Kepatuhan Allo Bank (BBHI) Ganda Raharja Rusli mengatakan itu selalu membayangi perbankan.

"Pertimbangan risiko kredit akan selalu ada dan bank akan selalu menghitung risiko dan memasukkannya menjadi salah satu komponen perhitungan suku bunga kredit (risk based pricing)," ungkap Ganda saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (25/8/2025).

Wakil Direktur Bank INA Perdana (BINA), Yulius Purnama Junaedi mengatakan setiap bank punya kebijakan bunga kredit masing-masing yang pastinya mempertimbangkan risiko kredit yang ada.

Keengganan perbankan menurunkan suku bunga kredit membuat bank-bank jadi "saling menunggu."

"Saat ini kami masih pantau pergerakan suku bunga di pasar. So far kami belum melihat banyak perubahan. Mengingat kami bukan merupakan bank besar maka kami masih menjadi follower dan saat ini dalam posisi wait and see perkembangan yang ada," kata Yulius saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (25/8/2025).

Sama halnya dengan Allo Bank yang masih mengkaji respons pasar terhadap keputusan penurunan BI Rate.

"Saat kami sedang mengkaji response yang akan diambil Allo Bank atas penurunan BI Rate sambil melihat response bank-bank lain agar keputusan yang diambil Allo Bank tepat secara waktu dan juga secara rate-nya," tukas Ganda.

Hal itu wajar, sebab perbankan mempertimbangkan pula kompetisi pasar.

"Suku bunga kredit yang diberikan bank mempertimbangkan banyak aspek, tidak hanya cost of fund, misalnya competitiveness, risiko kredit (debitur dengan profil risiko rendah, seyogyanya akn dibebankan suku bunga kredit yang juga rendah), dan seterusnya," jelas Efdinal.

Seiring dengan keadaan ini, pertumbuhan kredit juga tercatat terus melambat, menjadi sebesar 7,03% secara tahunan atau year on year (yoy) per Juli 2025. Angka itu terus melambat dari sebulan sebelumnya 7,77% yoy, yang juga melambat dari bulan Mei sebesar 8,43% yoy. Angka terkini juga makin menjauh dari rentang target pertumbuhan kredit BI sebesar 8% hingga 11% pada akhir tahu 2025.

Sementara itu, suku bunga kredit baru tercatat meningkat sebesar 17 basis poin (bps) menjadi 9,79%. Pendorongnya adalah kenaikan pada kelompok bank umum swasta nasional (BUSN).

Menurut Lani, keadaan ini mungkin terjadi pada bank-bank dengan komposisi kredit didominasi oleh yang memberikan yield yang lebih tinggi. Seperti kredit segmen ritel dan UMKM.


(ayh/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Di Tengah Perang Dagang AS, Begini Hasil Stress Test Perbankan RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular