Rupiah Menguat, Nilai Tukar Dolar AS Turun ke Rp16.250
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah berhasil ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) efek dari sinyal The Federal Reserve (The Fed) yang berpotensi melakukan pemangkasan suku bunga AS.
Melansir dari Refinitiv, pada perdagangan pertama pekan ini, Senin (25/8/2025) rupiah ditutup terapresiasi sebesar 0,52% di posisi Rp16.250/US$. Hal ini sekaligus mematahkan tren pelemahan rupiah dalam lima hari beruntun sejak 18 Agustus 2025.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15.00 WIB terpantau menguat 0,15% di level 97,86 setelah pada penutupan perdagangan sebelumnya, Jumat (22/8/2025) DXY ditutup terkoreksi tajam hingga 0,92% di level 97,71.
Penguatan rupiah pada perdagangan hari ini dipicu oleh pelemahan indeks dolar AS setelah pidato ketua The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell dalam Simposium Jackson Hole,pada Jumat malam (22/8/2025).
Sinyal dovish dari Powell yang membuka sinyal peluang pemangkasan suku bunga memberi angin segar bagi aset beresiko serta perpindahan aliran dana ke emerging market termasuk Indonesia, dalam hal ini rupiah diuntungkan.
Powell dalam pidatonya menegaskan kebijakan moneter AS masih berada di wilayah restriktif, namun keseimbangan risiko mulai bergeser.
"Prospek dasar dan pergeseran keseimbangan risiko mungkin memerlukan penyesuaian sikap kebijakan kami," ujar Powell. Ia turut menyoroti risiko pelemahan pasar tenaga kerja sekaligus potensi tekanan inflasi baru akibat tarif impor dan kebijakan perdagangan Trump.
Penguatan rupiah diperkirakan masih akan berlanjut dengan adanya potensi pemangkasan suku bunga.
Keputusan pemangkasan akan membuat investasi di AS kurang menarik sehingga investor menjual dolarnya da mengalihkan ke instrumen lain. Rupiah bisa menjadi alternatif bagi investor sehingga kondisi tersebut akan membuat rupiah menguat.
Ekonom BCA David Sumual, menilai rupiah akan tetap bergerak stabil meski ada potensi pemangkasan suku bunga The Fed.
"Sudah dalam ekspektasi ya September ada penurunan Fed rate dan BI pun sudah front loading turunkan duluan. Jadi rupiah tidak ada perubahan signifikan, bergerak di kisaran Rp16.150-Rp16.400/US$ dalam jangka pendek," jelas David, kepada CNBC Indonesia.
Pandangan serupa disampaikan Mega Capital Sekuritas yang menilai target rupiah masih akan berada di kisaran Rp16.100-Rp16.200/US$. Sementara Bank Mandiri memproyeksikan penguatan rupiah bisa menuju Rp16.100/US$ seiring meningkatnya aliran dana asing ke aset berisiko.
Sementara itu,Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menilai rupiah masih akan bergerak stabil, dengan rentang pergerakan jangka pendek di kisaran Rp16.225 - Rp16.375/US$.
(evw/evw)