Raksasa Mau Tumbang, Trump Langsung Borong Saham Rp 144 Triliun

Redaksi, CNBC Indonesia
23 August 2025 10:45
FILE PHOTO: The Intel logo is shown at E3, the world's largest video game industry convention in Los Angeles, California, U.S. June 12, 2018. REUTERS/Mike Blake/File Photo  GLOBAL BUSINESS WEEK AHEAD
Foto: Intel (REUTERS/Mike Blake)

Jakarta, CNBC Indonesia - Raksasa teknologi asal AS, Intel, sedang berdarah-darah menghadapi persaingan di sektor chip setelah kemunculan teknologi kecerdasan buatan (AI).

Teknologi Intel dianggap tertinggal dari Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC), yang memproduksi chip untuk perusahaan-perusahaan termasuk Apple, Nvidia, Qualcomm, AMD, dan bahkan Intel sendiri.

Namun, Intel mulai berbenah saat melakukan restrukturisasi kepemimpinan pada awal tahun ini. Terbaru, Menteri Perdagangan Howard Lutnick mengatakan pada Jumat (22/8) waktu setempat bahwa pemerintah AS telah mengambil 10% saham di perusahaan pembuat chip tersebut.

Ini merupakan upaya terbaru pemerintahan Trump untuk mengendalikan perusahaan-perusahaan AS. Saham Intel naik sekitar 6% selama perdagangan Jumat (22/8). Sahamnya stagnan dalam perdagangan yang diperpanjang.

Intel merupakan satu-satunya perusahaan AS yang memiliki kemampuan memproduksi chip tercepat di dalam negeri. Meski demikian, pesaing seperti Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) dan Samsung juga mengoperasikan pabrik di AS. Trump sendiri berulang kali menyerukan agar lebih banyak chip dan teknologi diproduksi di AS.

Dalam siaran pers disebut bahwa pemerintah AS berinvestasi sebesar US$8,9 miliar (Rp144 triliun) dalam saham biasa Intel. Pemerintah membeli 433,3 juta lembar saham dengan harga US$20,47 per lembar, sehingga memiliki 10% saham di perusahaan tersebut.

Intel mencatat bahwa harga yang dibayarkan pemerintah merupakan diskon dari harga pasar saat ini, dikutip dari CNBC International, Sabtu (23/8/2025).

Dari total tersebut, US$5,7 miliar dana pemerintah akan berasal dari hibah berdasarkan Undang-Undang CHIPS yang telah diberikan tetapi belum dibayarkan, dan US$3,2 miliar akan berasal dari hibah pemerintah terpisah dalam program pembuatan chip yang aman.

"AS tidak membayar apa pun untuk saham ini, dan saham tersebut sekarang bernilai sekitar US$11 miliar dolar AS," tulis Trump dalam sebuah postingan di Truth Social.

"Ini adalah Kesepakatan yang luar biasa bagi AS dan, juga, Kesepakatan yang luar biasa bagi Intel," ia menambahkan.

Pemerintah juga akan memiliki surat perintah untuk membeli tambahan 5% saham Intel jika perusahaan tersebut tidak lagi menjadi pemilik mayoritas bisnis pengecorannya.

Intel menyatakan bahwa pemerintah AS tidak akan memiliki kursi dewan direksi atau hak tata kelola lainnya.

"Sebagai satu-satunya perusahaan semikonduktor yang melakukan litbang dan manufaktur logika terdepan di AS, Intel sangat berkomitmen untuk memastikan teknologi tercanggih di dunia adalah buatan AS," ujar CEO Intel, Lip-Bu Tan, dalam siaran pers.

Ini menandai contoh terbaru dari pergeseran yang nyata dalam kebijakan industri AS, dengan pemerintah mengambil peran aktif di sektor swasta. Lutnick mengatakan kepada CNBC International bahwa pemerintah AS sedang mengupayakan kepemilikan saham di Intel dengan imbalan dana Undang-Undang CHIPS.

"Kita harus mendapatkan kepemilikan saham untuk uang kita," kata Lutnick di acara "Squawk on the Street" CNBC International.

"Jadi kita akan menyalurkan uang itu, yang sudah dijanjikan di bawah pemerintahan Biden. Kita akan mendapatkan ekuitas sebagai imbalannya," ia menuturkan.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wall Street Kebakaran, Tarif Trump Bikin Investor Cemas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular