IHSG Dibuka Merah, Euforia BI Rate Turun Sudah Selesai?

fsd, CNBC Indonesia
21 August 2025 09:04
Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (23/6/2025). (CNBC Indonesia/ Faisal Rahman)
Foto: Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (23/6/2025). (CNBC Indonesia/ Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona merah pada pembukaan sesi pertama hari ini, Kamis (20/8/2025). IHSG terkoreksi 0,51% atau turun 39 poin ke level 7.903,29.

Beberapa menit setelah pasar buka, indeks tercatat terkoreksi makin dalam. 

Sebanyak 248 saham naik, 55 turun, dan 286 tidak bergerak. Nilai transaksi di awal perdagangan mencapai Rp 261,6 miliar, melibatkan 553 juta saham dalam 26.775 kali transaksi.

Perdagangan hari ini, Kamis (20/8/20250) akan dipengaruhi oleh beragam sentimen. Dari dalam negeri, keputusan Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan tampaknya masih akan menjadi perhatian utama investor.

Bank Indonesia (BI) kembali memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,00%. Suku bunga Deposit Facility juga turun menjadi sebesar 4,25% dan suku bunga Lending Facility turun menjadi 5,75%.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan, pemangkasan ini dilakukan mempertimbangkan tetap rendahnya prakiraan inflasi 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5±1%, terjaganya stabilitas nilai tukar Rupiah, dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dengan kapasitas perekonomian.

"Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi sejalan dengan rendahnya prakiraan inflasi dengan tetap mempertahankan stabilitas nilai tukar Rupiah," ucap Perry saat konferensi pers secara daring, Rabu (20/8/2025).

Perry menjelaskan, penurunan BI Rate kali ini yang turut diarahkan untuk perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan didasari atas pertimbangan masih besarnya tekanan ekonomi global akibat tingginya ketidakpastian di pasar keuangan dan aktivitas perdagangan global.

Sementara itu, di dalam negeri, ia tegaskan trennya tengah mengalami penguatan pertumbuhan ekonomi, tercermin dari ekonomi triwulan II 2025 tumbuh sebesar 5,12% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi triwulan I 2025 sebesar 4,87% (yoy).

"Dengan realisasi triwulan II 2025 tersebut, secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi tahun 2025 diprakirakan akan berada di atas titik tengah kisaran 4,6-5,4%," papar Perry.

Namun, perhatian pasar juga akan tertuju ke rilis neraca transaksi berjalan dan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal II yang menjadi indikator stabilitas eksternal Indonesia. Data transaksi berjalan menjadi kabar terbesar dan terpenting hari ini.

Dari global, kebijakan Bank Sentral China yang menahan suku bunga menegaskan arah stimulus fiskal Beijing, sementara inflasi Inggris yang kembali panas menambah tekanan bagi Bank of England. Tak kalah penting, Jepang mencatat kejutan dengan defisit neraca dagang yang kembali muncul, dipicu pelemahan ekspor dan melambatnya permintaan dari AS maupun China.

Pelaku pasar juga akan mencermati risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) bulan Juli yang rilis pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Breaking! IHSG Tiba-Tiba Ambruk 1%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular