80 Tahun Merdeka, Ini Kisah Emiten Pertama di Bursa Efek RI

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
17 August 2025 21:45
Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (15/8/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (15/8/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia — Tahun ini Indonesia memasuki usia ke 80 tahun. Namun ternyata kegiatan pasar modal telah berlangsung jauh dari usia tersebut, lebih dari 100 tahun lalu.

Pada awalnya bursa efek dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda di Batavia. Namun kegiatan perdagangan terus terganggu dalam beberapa periode karena banyak masalah saat itu, termasuk terkait perang global dan masalah domestik.

Baru pada 10 Agustus 1977, pemerintah Soeharto meresmikan kembali dan dioperasikan oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam). PT Semen Cibinong Tbk dengan kode SMCB menjadi perusahaan pertama yang melantai di Bursa (IPO). 

Berbeda dengan sekarang, perdagangan bursa efek saat itu masih tidak terlalu ramai. Bahkan 10 tahun sejak SMCB resmi IPO, hanya 24 emiten yang tercatat di Bursa Efek Jakarta pada 1987.

Saat IPO, SMCB berusia enam tahun setelah didirikan pada 15 Juni 1971. Kala itu perusahaan menjual 178.750 saham ke publik dengan harga Rp 10.000 per saham, dan dapat mengantongi hampir Rp 1,8 miliar.

Pada 1988, Kaiser Cement & Gypsum Corporation dan International Finance Coporation (IFC) menjual 49% kepemilikannya pada PT Tirtamas Majutama milik Hashim Djojohadikusumo. Dia merupakan anak ekonom era Order Baru Seomitro Djojohadikusumo dan adik Presiden Prabowo Subianto.

Setelah itu, SMCB aktif melakukan aksi korporasi seperti akuisisi. Misalnya pada 1993, perusahaan mengakuisisi PT Semen Nusantara yang merupakan produsen Semen Borobudur.

Dua tahun kemudian, SMCB kembali melakukan akuisisi 100% saham PT Semen Dwima Agung di Tuban Jawa Timur.

Namun SMCB juga terdampak krisis moneter 1998. Pada 2000 perusahaan asal Swiss, Holcim Ltd menjadi pemegang saham pengendali dan pada 2021 resmi memegang 6,51 juta saham.

Baru pada 2005, Holcim Participation menjual seluruh sahamnya di Semen Cibinong pada Holdervin BV, induk perusahaan Holcilm Ltd dengan nilai Rp 2,47 triliun. Setahun kemudian, SMCB berubah nama menjadi PT Holcim Indonesia Tbk.

Aksi akuisisi terus dilakukan bertahun-tahun kemudian. Misalnya pada 2016, akuisisi dilakukan pada 100% saham (Rp 2,13 triliun) PT Lafarge Cement Indonesia.

Sementara itu Holcim global melakukan merger dengan Lafarge asal Perancis dan mengganti nama menjadi LafargeHolcim Ltd. Dua tahun berikutnya, SMCB diakuisisi PT Semen Indonesia dengan jumlah 80,6% saham LafargeHolcim dengan nilai US$917 juta yang selesai pada 12 November 2018.

Kini SMCB bernama PT Solusi Bangun Indonesia. Sebanyak 83,52% saham dimiliki oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk yang bertindak sebagai pengendali perusahaan. 


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Fore Kopi Mau Gelar IPO Saham & Bidik Perolehan Dana Rp 379,7 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular