Harga Minyak Dunia Bergerak Tipis, Pasar Tunggu Rilis Data Stok AS

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
Rabu, 13/08/2025 09:55 WIB
Foto: REUTERS/MORTEZA NIKOUBAZL

Jakarta, CNBC Indonesia — Harga minyak mentah dunia bergerak nyaris stagnan pada perdagangan Rabu (13/8/2025) pagi. Pasar cenderung wait and see menanti rilis data resmi stok minyak Amerika Serikat (AS) di tengah kekhawatiran bahwa permintaan musim panas telah mencapai puncaknya.

Mengacu pada data Refinitiv pukul 09:25 WIB, harga minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak terdekat tercatat di US$66,02 per barel, melemah tipis 0,15% dibanding penutupan Selasa (12/8/2025) di US$66,12. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berada di US$63,02 per barel, turun 0,24% dari posisi sebelumnya US$63,17.


Pelemahan harga terjadi setelah laporan industri dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan kenaikan stok minyak mentah AS sebesar 1,52 juta barel pekan lalu. Kenaikan ini mengindikasikan bahwa periode puncak permintaan dari musim mengemudi musim panas mulai mereda, seiring penurunan stok bensin dan sedikit kenaikan stok distilat.

Jika rilis data resmi U.S. Energy Information Administration (EIA) pada Rabu malam waktu setempat mengonfirmasi kenaikan stok, pasar bisa menilai bahwa kilang di AS mulai mengurangi aktivitas produksi. Namun, jajak pendapat Reuters memproyeksikan penurunan stok sekitar 300.000 barel, yang berpotensi menjadi sentimen positif jangka pendek bagi harga.

Dari sisi fundamental, prospek terbaru OPEC dan EIA yang dirilis Selasa (12/8/2025) memperkirakan produksi minyak global masih akan tumbuh tahun ini. Produksi AS, produsen terbesar dunia, diproyeksi mencapai rekor 13,41 juta barel per hari pada 2025, tetapi berpotensi turun pada 2026 akibat harga yang lebih rendah. Sebaliknya, wilayah lain di dunia diperkirakan meningkatkan pasokan minyak dan gas di tahun tersebut.

Di sisi permintaan, OPEC mempertahankan proyeksi konsumsi global tahun 2025, namun meningkatkan estimasi 2026 menjadi naik 1,38 juta barel per hari, bertambah 100.000 barel per hari dibanding perkiraan sebelumnya.

Sementara dari faktor geopolitik, investor masih mencermati perkembangan perang Rusia-Ukraina. Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin dijadwalkan bertemu di Alaska pada Jumat (15/8/2025). Meski Gedung Putih telah menurunkan ekspektasi tercapainya gencatan senjata dalam waktu dekat, pasar menilai potensi sanksi tambahan terhadap minyak Rusia kian mengecil, sehingga menekan premi risiko harga.

CNBC Indonesia


(emb/emb)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Iran-Israel Bikin Harga Komoditas Naik, RI Diuntungkan?