Primadona Gejolak Ekonomi, Ini Bedanya Investasi Emas dan Bitcoin

Mentari Puspadini, CNBC Indonesia
Selasa, 12/08/2025 09:00 WIB
Foto: bitcoin btc

Jakarta, CNBC Indonesia — Investasi emas dan Bitcoin menjadi salah satu pilihan masyarakat di kala gejolak ekonomi. Meski demikian, kedua instrumen tersebut memiliki karakteristik yang berbeda.

Mengutip Forbes, emas selama ini dikenal sebagai aset lindung nilai yang stabil di tengah ketidakpastian. Ketika ketegangan geopolitik meningkat, inflasi melonjak, atau kepercayaan pasar menurun, investor cenderung beralih ke emas.

Perilaku tersebut konsisten terjadi dalam berbagai krisis ekonomi, termasuk saat krisis keuangan global 2008. Ketika itu, harga emas melonjak hampir 25%, dari US$870 per ons pada Januari 2008 menjadi lebih dari US$1.080 per ons pada Desember 2009.


Sementara itu, Bitcoin yang juga kerap dipromosikan sebagai lindung nilai inflasi, menunjukkan pola yang berbeda. Pergerakan mata uang kripto ini lebih dipengaruhi oleh sentimen pasar, regulasi, adopsi teknologi, dan arus likuiditas.

Akhir-akhir ini, pasar kripto terdampak oleh pengetatan regulasi, kemajuan teknologi blockchain, serta meningkatnya partisipasi institusi. Faktor-faktor ini membuat volatilitas Bitcoin tak selalu sejalan dengan tekanan di pasar keuangan tradisional.

Salah satu penyebab utama perbedaan antara emas dan Bitcoin terletak pada persepsi investor serta fungsi masing-masing aset. Emas secara konsisten dipandang sebagai penyimpan nilai yang stabil, diperkuat oleh konsensus global selama berabad-abad.

Bank sentral di berbagai negara juga menyimpan emas dalam jumlah besar, menegaskan peran moneternya secara global. Penggunaan emas yang terbatas, seperti untuk perhiasan, investasi, dan industri-membuat permintaannya tidak mudah terganggu oleh perubahan teknologi atau regulasi.

Sebaliknya, Bitcoin mencatat volatilitas harga yang tinggi. Pada April tahun ini, Bitcoin sempat anjlok 19.75% dibandingkan dengan posisi Januari 2025. Kini harganya sudah naik 58,61% dibandingkan dengan harga terendah pada April. Volatilitas tersebut banyak dipicu oleh perubahan regulasi serta perkembangan teknologi.

Contohnya, keputusan regulator di Amerika Serikat, Tiongkok, atau Eropa bisa memicu fluktuasi harga Bitcoin secara drastis. Selain itu, isu skalabilitas blockchain atau munculnya inovasi dari kripto pesaing turut memengaruhi nilainya.

Perbedaan perilaku investor juga menjadi pemicu divergensi antara kedua aset ini di tengah kondisi makroekonomi global. Saat suku bunga naik dan inflasi fluktuatif, investor yang mencari stabilitas lebih memilih emas.

Fisik emas serta sejarahnya yang panjang dalam kebijakan moneter memberi kenyamanan psikologis. Hal ini membuat emas tetap menjadi andalan kala pasar diliputi ketidakpastian.

Di sisi lain, investor Bitcoin cenderung berasal dari demografi yang berbeda, lebih muda dan akrab dengan teknologi. Aset digital ini diminati baik sebagai instrumen spekulatif maupun investasi jangka panjang berbasis inovasi.

Dalam situasi penuh ketidakpastian atau optimisme teknologi, Bitcoin bisa bergerak berlawanan dengan emas. Narasi institusional terhadap Bitcoin pun berkembang cepat, memperumit lanskap investasi.

Investor institusi, termasuk hedge fund dan manajer aset konservatif, kini mulai memasukkan Bitcoin ke portofolio mereka. Saat ini, investor institusi memegang sekitar 7% dari total suplai Bitcoin, naik signifikan dari sebelumnya kurang dari 1% pada tiga tahun lalu.

Meski menambah legitimasi, langkah ini membuat Bitcoin rentan terhadap pergerakan likuiditas skala besar. Di sisi lain, emas telah lama menjadi bagian dari kerangka investasi institusional yang stabil dan terprediksi.

Regulasi terhadap emas juga sudah mapan, menciptakan partisipasi institusional yang konsisten tanpa gangguan berarti. Hal ini berbeda dengan Bitcoin yang masih bergulat dengan ketidakpastian aturan di banyak yurisdiksi.

Pada 2023, sejumlah kebijakan regulator di AS sempat menyebabkan penurunan harga Bitcoin hingga 15% dalam waktu singkat. Kini, berbagai negara mulai menetapkan kerangka hukum yang lebih jelas untuk aset kripto.

Pengetatan regulasi di AS, pelarangan total di beberapa negara, atau kebijakan yang ramah kripto di wilayah lain terus memengaruhi harga Bitcoin. Situasi ini semakin menegaskan perbedaannya dengan emas.

CEO Quantum Economics, Mati Greenspan menilai, emas menawarkan prediktabilitas di masa krisis, sedangkan Bitcoin mencerminkan spekulasi sekaligus taruhan atas transformasi digital.

"Perbedaan antara emas dan Bitcoin mencerminkan pergeseran psikologi investor dan struktur pasar," ungkapnya.

Memahami perbedaan ini penting bagi investor, pembuat kebijakan, maupun pasar secara keseluruhan. Tanpa pemahaman yang tepat, strategi investasi dapat terjebak dalam asumsi yang menyesatkan.


(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Sambut Akhir Pekan, IHSG Ditutup Menguat ke Level 7.537