
Makin Banyak Perusahaan Serok Bitcoin, Tanda Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Semakin banyak perusahaan besar terjun membeli bitcoin dalam jumlah masif. Langkah ini dilakukan demi diversifikasi cadangan, melawan inflasi, dan menarik minat investor.
Melansir Agence France-Presse (AFP), perusahaan milik Presiden AS Donald Trump, Trump Media, serta produsen mobil listrik Tesla besutan Elon Musk, menjadi contoh pemain besar yang masuk ke aset kripto terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar ini. Sejumlah analis menilai tren ini sebagai upaya memanfaatkan popularitas dan potensi kenaikan harga bitcoin.
Kepemilikan bitcoin oleh korporasi tidak selalu berkaitan dengan bisnis inti mereka. Ada perusahaan yang menggunakannya untuk aktivitas "mining" atau penambangan, seperti yang dilakukan sebagian pelaku sektor kripto.
Tesla sebelumnya sempat menerima pembayaran dengan bitcoin, sementara Trump Media berencana menawarkan produk investasi kripto. Bahkan perusahaan Jepang di sektor perhotelan, MetaPlanet, kini beralih membeli bitcoin.
Perusahaan AS MicroStrategy, yang awalnya bergerak di penjualan perangkat lunak, kini memegang lebih dari 3% total bitcoin yang beredar atau lebih dari 600.000 token. Pendiri Michael Saylor dinilai berhasil menciptakan nilai bagi investor awal dengan membuka peluang investasi saham yang terkait kripto.
Lima tahun lalu, sebelum hadirnya produk keuangan yang memungkinkan investasi kripto tanpa kepemilikan langsung token, MicroStrategy menjadi pionir. Langkah ini memicu tren korporasi mengakumulasi bitcoin.
Menurut Eric Benoist dari Natixis Bank, perusahaan mengumpulkan bitcoin untuk diversifikasi arus kas dan meredam dampak inflasi. Bahkan, perusahaan yang tengah tertekan secara finansial memanfaatkannya demi membangun kembali citra.
MicroStrategy kini fokus murni mengakumulasi bitcoin untuk menarik investor yang percaya pada potensi mata uang tersebut. Sementara itu, bursa kripto Coinbase menggunakan cadangan bitcoinnya sebagai jaminan bagi pengguna.
Harga bitcoin telah melesat hampir sembilan kali lipat dalam lima tahun, sebagian karena perubahan regulasi di bawah Trump yang pro-kripto. Meski begitu, volatilitasnya empat kali lebih besar dibandingkan indeks saham utama AS, S&P 500.
Campbell Harvey, profesor keuangan di Duke University, mengingatkan risiko penggunaan cadangan kas perusahaan untuk membeli aset kripto. Ia menilai langkah itu bisa membahayakan stabilitas keuangan perusahaan.
Harga bitcoin saat ini berada di kisaran US$117.000, didukung oleh investor besar atau "whales" yang menguasai porsi signifikan pasokan kripto. Harvey menegaskan, menjual seluruh 600.000 bitcoin milik MicroStrategy akan sulit tanpa mengguncang harga pasar.
Jack Mallers, CEO Twenty One Capital, mengatakan perusahaannya menerima volatilitas sebagai bagian dari bisnis. Menurutnya, harga bitcoin hanya akan jatuh jika pasar dibanjiri pasokan besar.
Berdasarkan perhitungan internal, harga saham MicroStrategy saat ini sekitar 70% lebih tinggi dibanding nilai cadangan bitcoinnya. Kenaikan harga saham ini didorong oleh pembelian bitcoin yang terus dilakukan perusahaan.
Namun, MicroStrategy dan perusahaan lain yang menjadi "bitcoin treasury funds" pada akhirnya perlu memonetisasi aset kripto mereka. Jika gagal, Benoist khawatir gelembung investasi kripto akan pecah.
Ia juga menyoroti bahwa strategi akumulasi bertolak belakang dengan filosofi awal bitcoin yang diciptakan pada 2008 sebagai alat pembayaran terdesentralisasi. Kini, kata dia, bitcoin justru tersimpan di dompet elektronik dan jarang digunakan.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bikin Kaget, Deretan Perusahaan Besar Ini Getol Timbun Bitcoin
