Ekonomi RI Cerah, Peluang Investasi dan Bisnis Terbuka Lebar!

Elga Nurmutia, CNBC Indonesia
11 August 2025 17:37
Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/9/223). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/9/223). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Manajer Investasi berakreditasi global, PT Henan Putihrai Asset Management (Henan Asset), meyakini sejumlah kebijakan dan indikator yang terjadi pada bulan Juli 2025, memperkuat keyakinan ekonomi Indonesia sedang memasuki fase yang lebih konstruktif. Salah satu contohnya adalah upaya Bank Indonesia (BI) dalam memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin jadi 5,25%.

Selain itu, pada semester I-2025, realisasi anggaran bantuan sosial (bansos) dalam RAPBN 2025 telah mencapai 56%. Hasil ini mengindikasikan kemungkinan penurunan belanja sosial pada paruh kedua 2025, sehingga memberikan peluang bagi pemerintah untuk mengalihkan fokus belanja ke program fiskal yang lebih produktif.

Di sisi lain, Pemerintah juga berencana memperluas program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada bulan Agustus 2025 serta menyuntikkan dana ke empat bank BUMN untuk penyaluran kredit dengan bunga rendah sebesar 6% kepada koperasi desa. Langkah ini mempertegas komitmen pemerintah untuk menjaga kebijakan fiskal dan mendorong perekonomian.

Dengan kondisi tersebut, permintaan pasar akan obligasi pemerintah maupun korporasi pun melonjak kuat sepanjang Juli 2025. Di mana penerbitan obligasi korporasi baru telah mencapai sekitar Rp40 triliun. Di sisi lain, lelang obligasi pemerintah juga disambut antusias dengan permintaan yang menembus Rp106 triliun untuk obligasi konvensional dan sekitar Rp40-50 triliun untuk obligasi syariah.

Meski demikian, ada kemungkinan penerbitan obligasi pemerintah akan lebih sedikit pada semester II-2025 lantaran hingga akhir Juli 2025 realisasi penerbitan obligasi tersebut sudah mencapai 66,6%. Kombinasi antara permintaan yang tinggi dan pasokan yang terbatas ini akan menjaga momentum positif di pasar obligasi. Dengan begitu, produk investasi pendapatan tetap, seperti reksa dana pendapatan tetap serta obligasi korporasi dan pemerintah dapat menjadi pilihan menarik bagi investor.

Kabar baik juga datang untuk pasar saham. Keputusan Morgan Stanley Capital Indonesia (MSCI) untuk tidak lagi menerapkan status Unusual Market Activity (UMA) atau Full Call Auction (FCA) dalam 12 bulan terakhir sebagai kriteria untuk memblokir suatu saham masuk ke indeks MSCI, akan membuka peluang bagi lebih banyak saham Indonesia untuk masuk indeks global.

Kesepakatan Tarif Baru Indonesia dan Amerika Serikat (AS)

Keberhasilan negosiasi pemerintah untuk memangkas tarif ekspor ke AS dari 32% menjadi 19% akan menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tarif terendah bersama Thailand dan Kamboja di antara negara-negara ASEAN dan Asia utama, seperti Vietnam (20%) dan Bangladesh (20%).

Adapun kesepakatan ini akan menguntungkan sektor industri padat karya, seperti tekstil dan garmen yang menyumbang 40% dari ekspor ke AS senilai US$ 4,6 miliar per tahun. Kendati begitu, beberapa sektor lainnya di Indonesia masih menghadapi tantangan tersendiri. Contohnya, industri sepatu, elektronik, dan furnitur yang tetap terbebani oleh tekanan biaya akibat tarif impor bahan baku dan peningkatan biaya produksi.

Henan AssetFoto: dok Henan Asset

 

Outlook

Memasuki bulan Agustus 2025, pasar keuangan Indonesia menunjukkan momentum positif yang didorong oleh kebijakan moneter dan fiskal yang semakin terkoordinasi. Optimisme pasar terus terjaga seiring pemangkasan suku bunga acuan pada Juli lalu, penguatan likuiditas di pasar obligasi,serta peluncuran paket stimulus Rp 24,4 triliun. Kebijakan percepatan program MBG juga akan memperkuat prospek pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan.

Melihat hal itu, riset Henan Asset mengungjkapkan bahwa saat ini adalah waktu tepat bagi investor untuk memanfaatkan kondisi pasar dengan memperhatikan sektor-sektor yang mendapat dukungan kebijakan pemerintah.

Kendati demikian, meski pasar menunjukkan kinerja positif, tantangan eksternal tetap ada dan perlu diwaspadai investor. Perjanjian perdagangan Indonesia-AS yang mengamankan tarif ekspor 19% memberi Indonesia keunggulan kompetitif di sektor tekstil dan garmen. Namun, industri lainnya seperti sepatu, elektronik, dan furnitur tetap menghadapi tekanan dari barang impor AS yang hampir bebas tarif.

Selain itu, meskipun pasar obligasi dan saham Indonesia tetap menarik, investor perlu mewaspadai fluktuasi yang dipengaruhi oleh ketidakpastian politik dan ekonomi global.

Dalam konteks ini, penting bagi investor untuk tidak hanya bereaksi terhadap gejolak jangka pendek, melainkan juga untuk merancang strategi investasi yang fleksibel dan berbasis pada analisis mendalam.

Henan Asset: Investing with Direction

Henan Asset kini berperan bukan hanya dalam memastikan penggapaian peluang untuk investor, namun juga dalam menavigasi peluang dengan presisi dan ketahanan.

Tidak hanya sekedar mengelola portfolio, Henan Asset juga menyusun solusi investasi berbasis riset, disiplin, dan pemahaman makroekonomi yang mendalam. Portofolio yang Henan Asset kelola dirancang agar adaptif terhadap perubahan, tanpa kehilangan arah jangka panjangnya.

Pada dasarnya, investasi bukan sekadar meraih return saat pasar naik, tapi juga menjaga ketenangan saat pasar bergejolak. Dalam setiap kondisi itu, Henan Asset hadir untuk membantu investor tetap ternavigasi, terarah, dan satu langkah di depan.

Sebab, mencari alpha thing itu satu hal, sedangkan menavigasinya secara strategis itu hal lain. Henan Asset percaya bahwa kebijaksanaan finansial bukan hanya tentang memprediksi badai, tetapi juga membimbing Anda melewatinya dengan aman.


(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bangun Kembali Kepercayaan Pasar, Ini Rekomendasi Henan Asset

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular