Dolar AS Terpuruk, Rupiah Melaju ke Level Terkuat Dalam Dua Pekan
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Melansir dari Refinitiv, pada perdagangan Kamis (7/8/2025), rupiah berhasil ditutup menguat dengan penguatan sebesar 0,43% di posisi Rp16.285/US$. Ini menandakan penguatan rupiah selama empat hari beruntun, sekaligus menjadikan level terkuat rupiah sejak 24 Juli 2025.
Penguatan ini turut mencerminkan keberhasilan rupiah menembus level psikologis di Rp16.300/US$.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) per pukul 15.00 WIB terpantau kembali melanjutkan tren pelemahan nya dengan pelemahan sebesar 0,20% di level 97,98. Sebagai catatan, indeks dolar AS sedang dalam tren pelemahan sejak awal Agustus ini.
Penguatan rupiah pada hari ini didorong oleh pelemahan indek dolar AS. Pada perdagangan kemarin Rabu (6/8/2025), DXY tercatat turun 0,61% dan tren pelemahan tersebut masih berlanjut hingga hari ini.
Melemahnya greenback menjadi angin segar bagi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah yang selama ini dikenal sangat sensitif terhadap pergerakan dolar AS.
Pelemahan dolar AS terjadi karena meningkatnya ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) akan segera memangkas suku bunga acuan. Ekspektasi ini muncul setelah rilis data tenaga kerja dan Purchasing Managers' Index (PMI) AS yang berada di bawah ekspektasi pasar.
Saat ini, pelaku pasar memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin mencapai 95% pada pertemuan FOMC 16-17 September 2025, dan sebesar 68% pada pertemuan berikutnya yang dijadwalkan pada 28-29 Oktober 2025.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) baru saja merilis data yang menunjukkan posisi cadangan devisa Indonesia tetap tinggi pada akhir Juli 2025, yakni sebesar US$152,0 miliar. Meskipun sedikit menurun dibandingkan posisi akhir Juni 2025 yang sebesar US$152,6 miliar, angka tersebut tetap mencerminkan ketahanan eksternal Indonesia yang kuat.
Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa penurunan cadangan devisa disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah serta langkah stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
"Posisi cadangan devisa pada akhir Juli 2025 setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor, atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta masih berada jauh di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," jelas Ramdan, Kamis (7/8/2025).
(evw/evw)