Ini Saran Bankir Untuk Genjot Pertumbuhan Ekonomi di Sisa 2025

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
04 August 2025 09:00
Senior Ekonomi Indef Aviliani, dalam BNI Emerald Market Outlook dengan tema
Foto: Senior Ekonomi Indef Aviliani, dalam BNI Emerald Market Outlook dengan tema

Jakarta, CNBC Indonesia - Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) memberikan sejumlah rekomendasi kebijakan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di sisa tahun 2025 ini.

Perbanas menegaskan pentingnya kebijakan yang konsisten dan kredibel untuk memulihkan kepercayaan, khususnya dari kelas menengah atas yang daya belinya tengah melemah. Stabilitas ekspektasi ekonomi harus menjadi prioritas, seiring dengan upaya meningkatkan efisiensi pembiayaan ke sektor-sektor prioritas yang mendukung transformasi ekonomi nasional.

Terdapat beberapa langkah-langkah yang dapat ditempuh. Pertama, dalam konteks kebijakan fiskal, khususnya terkait belanja APBN dan APBD mesti dialokasikan bagi sektor-sektor yang dapat menstimulus ekonomi, khususnya merangsang agar daya beli masyarakat kembali bergairah.

"Jadi harapannya, salah satu rekomendasi kita adalah bagaimana pemerintah mampu untuk membalikkan APBN dan APBD-nya agar menjadi sumber pertumbuhan ekonomi di daerah kita ya," kata Ketua Bidang Riset dan Kajian Ekonomi Perbankan Perbanas, Aviliani dalam Perbanas Review of Indonesia's Mid-Year Economy 2025 di Le Meridien Hotel, Jakarta Pusat, dikutip Senin (4/8/2025).

Kedua, Perbanas mengatakan investasi yang dilakukan oleh BUMN dan Danantara mesti didorong lebih lanjut, khususnya ke sektor-sektor produktif, padat karya, dan strategis. Hal ini akan dapat berfungsi sebagai sinyal untuk merangsang investasi swasta juga untuk bergerak menyokong investasi-investasi tersebut.

Ketiga, memberikan insentif khusus ke sektor-sektor yang sedang terpukul, baik karena penurunan daya beli atau perang dagang yang dilakukan oleh Trump. Kebijakan ini penting sebagai buffer jangka pendek atas berbagai guncangan yang terjadi, khususnya yang di luar kontrol mereka.

Keempat, perbankan mesti memanfaatkan mulai menurunnya suku bunga untuk ekspansi kredit. Dapat dimulai dari sektor-sektor dengan prospek pertumbuhan tinggi dan searah dengan prioritas kebijakan Pemerintah saat ini dan masa datang.

"Memang kredit itu, berbagai lembaga menunjukkan bahwa memang untuk mencapai [pertumbuhan] 10% itu agak susah gitu ya jadi ya kita semua pengen 10% gitu ya, tapi ini proyeksi kita sampai akhir tahun itu diperkirakan sekitar 8,7%, ini nasional ya. Tapi mungkin ada bank-bank yang memang bisa cenderung double digit tapi nggak semuanya," jelas Aviliani.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Perbanas, Hery Gunardi berharap dengan adanya dorongan dari kebijakan fiskal yang lebih baik, seperti belanja pemerintah, pertumbuhan penyaluran kredit akan lebih baik di semester II-2025. Menurutnya, program-program pemerintah seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) dan 3 juta rumah bisa mendorong aktivitas ekonomi.

"Sebenarnya kalau [program-program pemerintah] itu jalan, itu juga itu multiplier effect-nya banyak. Dan sehingga harapannya ke paruh waktu kedua tahun ini ada pertumbuhan ekonomi lebih baik," tukasnya.

Selain itu, kebijakan berbasis data menjadi semakin krusial. Perbanas mendorong integrasi data keuangan rumah tangga secara nasional untuk memperkuat akurasi dalam perumusan kebijakan.

Bantuan sosial pun disarankan agar ditautkan langsung dengan aktivitas produktif dan dilengkapi sistem pemantauan yang ketat agar manfaatnya lebih nyata dan terarah.


(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi RI Melambat, Taruh Uang di Saham, Obligasi, atau Reksa Dana?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular