Mau Caplok 59,34% Saham TGUK, Visionary Capital Bakal Jadi Pengendali

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
25 July 2025 12:25
Kedai minuman Teguk. (Dok. Teguk)
Foto: Kedai minuman Teguk. (Dok. Teguk)

Jakarta, CNBC Indonesia - Visionary Capital Global Pte. Ltd. (VCG) akan mengambilalih saham emiten minuman PT Platinum Wahab Nusantara Tbk (TGUK) sebesar 59,34% atau 2.119.104.818 lembar saham.

Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), rencana aksi korporasi ini dilakukan melalui penandatanganan perjanjian jual beli bersyarat (CSPA) oleh pemegang saham pengendali Perseroan yaitu PT Dinasti Kreatif Indonesia (DKI) bersama dengan Visionary Capital Global Pte. Ltd. (VCG).

"Rencana Pengambilalihan masih dalam proses pemenuhan Persyaratan Pendahuluan sebagaiaman diatur dalam PPJB," tulis manajemen, Jumat (25/7).

Penyelesaian rencana pengambilalihan saham TGUK tunduk pada pemenuhan persyaratan pendahuluan (condition precedent) dan ketentuan-ketentuan lainnya sebagaimana diatur dalam CSPA, antara lain proses klarifikasi dan/atau tinjauan regulator terhadap TGUK telah diselesaikan dengan baik, dan saham tercatat TGUK telah kembali aktif diperdagangkan di BEI.

Jika jual beli saham tersebut belum diselesaikan pada sebelum atau paling lambat pada 30 September 2025, kecuali disetujui lain oleh VCG dan DKI, CSPA akan diakhiri dan transaksi pengambilalihan akan dibatalkan secara otomatis.

Apabila transaksi berdasarkan Perjanjian Bersyarat tersebut diselesaikan, VCG akan menjadi pengendali baru dari TGUK dan akan melaksanakan Penawaran Tender Waiib sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan OJK No. 9/POJK.04/2018 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka dan ketentuandi bidang pasar modal yang berlaku.

Manajemen menegaskan, hingga saat ini tidak ada dampak material pada kegiatan operasional Perseroan.

Sementara itu, belum lama ini Teguk dicecar oleh Bursa Efek Indonesia karena kehilangan Rp 21,4 miliar dalam tiga bulan. 

Manajemen menjelaskan bahwa per September 2024, perusahaan memiliki persediaan bahan baku senilai Rp 22,5 miliar. Akan tetapi per 31 Desember 2024 persediaan yang tersisa Rp 1,1 miliar.

"Ini disebabkan oleh penghapusan persediaan yang disebabkan barang-barang persediaan yang rusak dan expired," tulis manajemen dalam keterbukaan informasi, dikutip Rabu (23/7/2025).

TGUK menjelaskan bahwa barang rusak dan basi disebabkan karena penurunan bisnis perusahaan yang disebabkan oleh berkurangnya 126 gerai sepanjang tahun lalu.

Adapun per Desember 2024, TGUK membukukan rugi Rp 81,27 miliar. Kondisi ini berbalik dari laba Rp 5,79 miliar pada Desember 2023.

Utamanya hal itu disebabkan oleh rugi penjualan sebesar Rp 15,95 miliar. Penjualan turun 46,28% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 71,21 miliar, sedangkan beban naik 43,06% yoy menjadi Rp 87,15 miliar. Kinerja perusahaan diperburuk oleh beban bunga bank yang naik 251,32% yoy menjadi Rp 1,8 miliar.

Aset perusahaan turun 33,84% yoy menjadi Rp 132,75 miliar. Utamanya aset perusahaan turun disebabkan oleh kas dan bank, persediaan, serta uang muka.

Pada periode yang sama, liabilitas perusahaan naik 56,4% yoy menjadi Rp 36,61 miliar. Tercatat dalam utang usaha, liabilitas kepada para pemasok yang timbul dari pembelian bahan baku adalah PT Aplikasi Karya Anak Bangsa sebesar Rp 5,22 miliar.

Total utang usaha dari pembelian bahan baku sebesar Rp 12,39 miliar dan 99,94% di antaranya masuk dalam kategori jatuh tempo lebih dari 90 hari.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: BEI Lakukan Pertemuan dengan OJK & Pelaku Pasar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular