
Rupiah Loyo, Dolar Hari Ini Menguat ke Rp 16.315/US$

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini, Jumat (25/7/2025) dibuka melemah.
Melansi dari Refinitiv, mata uang garuda mengalami pelemahan 0,21% di posisi Rp16.315/US$ pada Jumat pukul 09.03 WIB.
Pada perdagangan kemarin Kamis (24/7/2025) rupiah sempat menguat sebesar 0,25% secara intraday meskipun harus ditutup hanya menguat tipis 0,03% di level Rp16.280/US$.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 09.00 WIB terpantau menguat % di level 97,XX. Hal ini melanjutkan penguatan DXY setelah pada perdagangan kemarin ditutup menguat 0,17% di posisi 97,37. Hal ini menjadi penguatan pertama setelah sebelumnya dalam empat hari berturut-turut DXY mengalami pelemahan.
Pergerakan rupiah pada perdagangan terakhir pekan ini sepertinya masih akan dipengaruhi oleh sentimen dari Amerika Serikat.
Setelah pernyataan Presiden AS Donald Trump yang kembali mendesak penurunan suku bunga, meskipun menegaskan tidak akan memecat Ketua The Fed, Jerome Powell. Kunjungan langka Trump ke markas besar The Fed menjelang pertemuan FOMC pekan depan menjadi sorotan pasar, terutama karena Trum secara eksplisit menyampaikan bahwa pelonggaran moneter masih menjadi prioritas utamanya.
Meskipun pasar masih memperkirakan suku bunga The Fed akan ditahan di kisaran 4,25%-4,50% dalam pertemuan mendatang, namun tekanan politik dari Trump dapat memperkuat ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga di masa depan.
Jika ekspektasi tersebut meningkat, dolar AS bisa melemah terhadap mata uang lainnya, termasuk rupiah. Tekanan terhadap dolar AS inilah yang dapat menjadi sentimen positif bagi penguatan rupiah dalam jangka pendek.
Selain itu, data tenaga kerja AS yang dirilis semalam menunjukkan sinyal tambahan. Klaim awal tunjangan pengangguran turun 4.000 menjadi 217.000, jauh di bawah ekspektasi pasar 227.000 yang menandakan ketahanan pasar tenaga kerja dalam jangka pendek.
Namun, klaim lanjutan justru meningkat tipis ke 1.955.000, menjadi yang tertinggi kedua sejak November 2021. Kenaikan ini mengindikasikan adanya perlambatan dalam momentum perekrutan, yang dapat mendukung narasi pelemahan ekonomi dan semakin menambah tekanan bagi The Fed untuk mempertimbangkan pelonggaran suku bunga lebih lanjut.
Kombinasi antara tekanan politik terhadap The Fed dan sinyal perlambatan pasar tenaga kerja ini bisa menjadi faktor yang menekan dolar AS dan memberikan ruang bagi rupiah untuk menguat hari ini.
(evw/evw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gerak 'Roller Coaster' Rupiah di Semester I-2025, Dolar Masih Perkasa
