
BEI Suspensi Perdagangan Emiten Terbesar ke-3 di Bursa, Kenapa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan saham (Suspensi) PT DCI Indonesia Tbk (DCII) karena telah terjadi peningkatan harga kumulatif yang signifikan.
Langkah tersebut dilakukan sebagai bentuk perlindungan bagi Investor, khususnya bagi pemegang saham DCII. Suspensi dilakukan di pasar reguler dan pasar tunai mulai sesi I tanggal 24 Juli 2025 sampai dengan Pengumuman Bursa lebih lanjut.
Harga saham DCI melesat 130% dalam sebulan dan sejak awal tahun terbang 723% dan menjadikan para pendiri perusahaan teknologi ini masuk jajaran orang terkaya di Indonesia.
Selain itu berkat penguatan signifikan tahun ini, DCII menjadi saham paling berharga ke-3 di bursa dengan kapitalisasi pasar Rp 827 triliun dan telah melewati valuasi emiten besar lain seperti Chandra Asri Pacific (TPIA), Bayan Resources (BYAN), Amman Mineral (AMMN) hingga Bank Rakyat Indonesia (BBRI). Bahkan kapitalisasi pasar tersebut nyaris 3 kali lebih besar dari kapitalisasi Telkom Indonesia (TLKM) yang tercatat sebesar Rp 282 triliun.
"PT Bursa Efek Indonesia memandang perlu untuk melakukan penghentian sementara perdagangan Saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII)," tulis manajemen BEI mengutip keterbukaan informasi, Kamis (24/7).
Bursa mengimbau kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh Perseroan.
Sebagai informasi, beberapa waktu lalu emiten milik Toto Sugiri PT DCI Indonesia Tbk (DCII) mengkonfirmasi bahwa pihaknya tidak memiliki rencana aksi korporasi apa pun dalam waktu dekat. Hal ini sekaligus menepis isu adanya stock split di daham DCII.
Melalui Nomor Surat 072/DCI.ID/DIR/VII/2025, emiten data tersebut buka suara setelah sebelumnya Bursa Efek Indonesia (BEI) meminta Surat Permintaan Penjelasan atas kenaikan harga sahamnya beberapa waktu terakhir.
"Perseroan mengkonfirmasi bahwa Perseroan tidak memiliki informasi atau fakta material yang mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal," sebagaimana dikatakan dalam keterbukaan informasi BEI.
Selain itu, perseroan juga mengelak adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal. Ketika ditanya terkait adanya aksi korporasi, DCII juga menepis akan ada tindakan tersebut dalam 3 bulan mendatang.
"Hingga tanggal Surat Tanggapan ini disampaikan, Perseroan tidak memiliki rencana untuk melakukan tindakan korporasi," kata dia.
Sebelumnya, Corporate Secretary DCI Indonesia, Gregorius Nicholas Suharsono mengatakan, rencana stock split masih berada dalam tahap penjajakan awal. Perusahaan masih melakukan diskusi intensif dengan regulator terkait hal ini.
"Kami belum bisa men-disclose detail terkait dengan perlaksanaan stock split. Kenapa? karena ini masih berada di tahap penjajakan yang sangat awal," ungkap Nicholas dalam paparan publiknya secara virtual, Selasa, (22/4/2025).
Diskusi dilakukan untuk memastikan bahwa apabila rencana ini dijalankan, pelaksanaannya berada pada waktu yang tepat. Selain itu, perusahaan ingin memastikan stock split akan memberikan dampak positif bagi seluruh pemegang saham.
"Jadi memang kita belum bisa berbicara terlalu banyak terkait rencana stock split. Tentu saja kita mengimbau kepada media dan kepada pemangku kepentingan di pasar untuk selalu memonitor keterbukaan informasi dari perseroan terkait perlaksanaan stock split ini ke depannya," kata dia.
Asal tau saja, harga saham DCII telah melesat 82.453%% sejak penawaran umum perdananya Januari 2021 lalu. Pada saat itu, perseroan mematok harga IPO sebesar Rp420 per saham. Sementara pada perdagangan kemarin, Rabu 23 Juli 2024, harga saham DCII ditutup di harga Rp 346.725 per lembar.
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Meroket 440%, BEI Pantau Ketat Perdagangan Saham PACK
