Indonesia Re Sebut 40% Premi Reasuransi Lari ke Luar Negeri
Jakarta, CNBC Indonesia — Direktur Utama Indonesia Re Benny Waworuntu mengungkapkan industri perasuransian termasuk penyumbang defisit neraca berjalan yang besar, termasuk reasuransi. Meskipun Indonesia memiliki neraca yang positif, namun grafik industri asuransi mengalami penurunan.
"Kalau kita lihat memang beberapa tahun terakhir, kita punya neraca positif, betul. Tapi kalau kita deep dive, di dalam neraca itu ada neraca jasa dan neraca produk. Di dalam neraca jasa, ya itu adalah perasuransian," ujarnya di Menara Danareksa Jakarta, Selasa (22/7).
Benny mengungkapkan jika diakumulasi setiap tahunnya 40% dari premi reasuransi lari ke luar negeri. Hal ini perlu menjadi fokus utama industri dengan melakukan penguatan
"Misalnya mulai dari 2022 sampai 2024, angkanya minus Rp 7 triliun-Rp 8 triliun, 2023 Rp 11 triliun, 2024 Rp 12 triliun, dan ini kalau kita hitung akumulasi setiap tahunnya, ini adalah angka tahun per tahun," ungkapnya.
Ia melanjutkan lebih jauh, pelaku industri perlu melihat pentingnya sebuah risiko. Risiko yang bukan hanya dilihat sebagian oleh tiap komponen di dalam ekosistem industri keuangan.
"Katakan bank lihat risiko sendiri, asuransi lihat risiko sendiri, reasuransi lihat risiko sendiri. Ini harus mulai, bagaimana we see the risk, itu harus sama, harus mulai," imbuhnya.
Selain itu industri asuransi juga harus dibahas hingga ke hilir. Hilirisasi bukan hanya untuk bisnis manufaktur melainkan juga sektor keuangan.
"Karena industri keuangan yang protect manufacture, sehingga kalau kita bisa perkuat hilirisasi di industri keuangan, nanti di industri-industri yang lain pun akan menjadi kuat," pungkasnya.
(mkh/mkh)