Defisit Neraca Dagang Reasuransi Rp 12,10 T, 40% Kabur ke Luar Negeri

Mentari Puspadini, CNBC Indonesia
Jumat, 18/07/2025 09:25 WIB
Foto: Ilustrasi Garansi Bank. (Dok. Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Defisit neraca perdagangan reasuransi telah mencapai Rp12,10 triliun per 2024, dengan porsi reasuransi ke luar negeri adalah sebesar 40% dari total premi reasuransi. Hal ini menjadi tantangan di tengah peran reasuransi sebagai hilir industri keuangan nasional.

Direktur Utama PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re Benny Waworuntu mengatakan, reasuransi bertugas untuk menjamin keberlanjutan dan perlindungan risiko dari hulu hingga hilir, sehingga iklim investasi tetap terjaga dan pertumbuhan ekonomi dapat berlangsung secara berkelanjutan dan inklusif.

Meskipun demikian, upaya hilirisasi sektor perasuransian untuk mendukung hilirisasi sektor perekonomian akan mampu terlaksana apabila Industri Perasuransian khususnya Reasuransi memiliki kapasitas yang mumpuni. Faktanya, saat ini keterbatasan kapasitas reasuransi dan outward reinsurance yang berlebih masih menjadi isu utama di sektor perasuransian yang turut menyumbang defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).


Selain itu, ketergantungan berlebih terhadap reasuransi luar negeri juga akan menjadi kontraproduktif terhadap strategi hilirisasi perasuransian/perekonomian yang menunjang kemandirian/kedaulatan nasional.

"Hilirisasi keuangan kita adalah hilirisasi industri keuangan di mana kita di belakang sehingga kita harus dikuatkan. Karena percuma nguatin di depan kalau belakangnya juga bocor. Ini mengacu kepada pertanyaan mengenai defisit neraca berjalan," kata Benny dalam Konferensi Pers Indonesia Re, Kamis, (17/7/2025).

Untuk menjawab tantangan tersebut, Indonesia Re akan mengadakan rangkaian acara tahunan Indonesia Re International Conference (IIC) 2025 yang akan digelar pada 22 Juli 2025 mendatang.

Dengan mengusung tema "Empowering Downstream Growth in Financial Sector: Advancing the Insurance Industry through Strategic Collaboration", Indonesia Re International Conference (IIC) 2025 menyoroti pentingnya sektor perasuransian, khususnya reasuransi, dalam strategi hilirisasi serta pengembangan dan penguatan perekonomian nasional melalui sinergi lintas sektor.

"Di tengah gejolak ekonomi global, perubahan iklim, dan tekanan geopolitik, IIC hadir sebagai forum strategis untuk menyatukan visi dan langkah para pemangku kepentingan sektor keuangan," jelas Benny.

IIC 2025 diagendakan akan dibuka oleh sejumlah tokoh strategis nasional yang akan memberikan arahan dan pandangan terhadap peran sektor perasuransian dalam mendukung hilirisasi ekonomi. Konferensi ini juga akan menghadirkan empat sesi panel diskusi yang melibatkan pemangku kepentingan strategis dari berbagai sektor.

Beberapa partisipan yang dijadwalkan hadir antara lain Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), BPJS Kesehatan, Danantara Asset Management/Holding Operasional Danantara, BNI, CORE Indonesia, Guy Carpenter, AON, Korea Insurance Development Institute (KIDI), dan EY Indonesia.


(ayh/ayh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PR Industri Reasuransi, Implementasi PSAK 117 Hingga Permodalan